Catatan Hati, Mom's School stuff, Mommy's Abroad

Suara hati 4 tahun ini

Masya Allah ya Ramadan itu, berkahnya luar biasa. Baik yang terasa langsung ataupun tidak. Jadi saya mau curcol dikit nih tentang kejadian yang menurut saya “kok bisa ya?”, yang Masya Allah skenario Allah gak bisa ditebak.

Mungkin yang dulu pernah baca curcolan saya di masa-masa awal PhD, atau yang baca buku The Power of PhD Mama tahu bagaimana struggle-nya saya saat itu. Gak semuanya tentu saya ceritakan. Dan selama tahun-tahun setelahnya, sampai tahun terakhir saya hampir selesai PhD ini (aamiin), Alhamdulillah semuanya baik-baik. Tidak ada drama lebay banget. Kalau rasa capek, frustasi, beban, mah biasa, tapi itu turun naik. Hubungan saya sama si Ibuk pun stabil, gak kayak rollercoaster lagi. Bahkan dia sangat suportif.

Tapi ternyata mungkin hal yang saya pendam dulu kala dan gak sempat tersampaikan itu ada momennya sendiri untuk terkuak. Suara itu menguar bebasnya di udara, tanpa ada percakapan antara saya dan si Ibuk. Tapi dengan perantara, di waktu yang baik.

Continue reading “Suara hati 4 tahun ini”
Mom's School stuff

Hora Finita!

Attending a PhD public defense always brings chill for me. It is like watching all the hardwork, sacrifies, effort, tears, even blood, were paid in one day, with the word HORA FINITA!

Untuk bisa meraih gelar doktor di University of Groningen (RuG), kandidat PhD harus melalui serangkaian proses yang panjang. Di akhir penganugerahan gelar, kandidat harus menghadapi public defense. Semacam sidang terbuka, di mana ia harus mempertahankan disertasinya yang telah ia rampungkan. Ia akan ditanya oleh para expert di bidangnya, beberapa adalah profesor dari RuG, dari universitas lain di Belanda, bahkan di luar Belanda, bisa juga profesor yang merupakan praktisi di bidangnya. Mereka akan bertindak sebagai opponent dan bertanya apapun yang berkaitan dengan research sang kandidat. Sidang ini boleh disaksikan oleh siapapun yang ingin melihat, keluarga, teman, kolega. Syaratnya penonton tidak boleh ribut, anak di atas 6 tahun biasanya sudah bisa mengikuti proses dengan tenang.

Tentu promotor dari kandidat akan menemani “anak asuh” mereka tersebut dalam sidang. Tapi jarang sekali promotor membantu memberikan jawaban (sejauh yang pernah saya saksikan). Ada juga dua orang paranymph (semacam pendamping kandidat) yang akan menyertai kandidat sebelum, selama, dan setelah sidang, untuk memastikan kebutuhan kandidat dalam menjalani proses defense. Ya tugasnya, semacam bridesmaid-lah dalam pernikahan.

Selama sekitar 45 menit, kandidat akan harus menjawab semua pertanyaan dari para opponent dengan baik. Sampai terdengar pintu ruang sidang terbuka dan seorang “pemandu para profesor” (saya gak tahu apa namanya), akan mengumandangkan kata: “Hora Finita!” yang menandakan waktu sidang sudah berakhir.

Hora Finita, diambil dari bahasa Latin yang artinya the time has passed. Kata itu akan membawa kelegaan panjang, tidak hanya bagi kandidat, tetapi juga bagi para penonton yang menyaksikan sidang. Setelah itu, para opponent akan meninggalkan ruangan untuk berdiskusi apakah kandidat akan diberi gelar doktor atau tidak.

Sejauh yang saya tahu, public defense para kandidat PhD selalu berakhir dengan happy ending. Katanya sih asal bisa menyelesaikan semua pertanyaan dengan lancar (tersendat-sendat sedikit itu biasa, namanya juga grogi) sampai hora finita terdengar, kandidat akan sudah pasti menggenggam ijazahnya. Belum pernah saya mendengar ada yang gagal dalam public defense. Kecuali katanya pernah ada kandidat yang pingsan ketika sidang, saking grogi/panik, sebelum ia berhasil menjawab semua pertanyaan. Tapi ujungnya ijazahnya tetap ia dapatkan kok. Bisa sampai ke public defense saja dengan menyelesaikan satu buku thesis saja itu sudah pencapaian yang luar biasa. Public defense ini terasa sebagai formalitas saja. Namun tetap menguji nyali para kandidat.

Di akhir prosesi public defense, kandidat akan diberikan gelar doktor secara resmi serta ijazah dari RuG. Lalu promotor akan memberikan short speech mengenai kandidat. Bagaimana mereka pertama kali bertemu, bagaimana etos kerja si kandidat, bagaimana perjuangannya selama menyelesaikan studi, bahkan hal-hal lucu dalam hubungan mereka, dan mengenai keluarga sang kandidat. Hal itu merupakan bagian paling menyentuh dalam sebuah public defense. Saya selalu merinding ketika medengar sang profesor berbicara mengenai tahun-tahun perjuangan kandidat, terutama kalau saya mengenal baik si kandidatnya.

Akhirnyaaa.. selesai juga, kelegaan yang tidak bisa terbayangkan. Saya saja lega, apalagi si kandidat? Mungkin berjuta-juta ton beban terangkat dari pundaknya

Sudah beberapa kali saya menyaksikan public defense dari kandidat PhD, kebanyakan merupakan rekan-rekan Indonesia. Dari semua yang saya saksikan, tidak semua bisa saya pahami apa penelitiannya, apa inti dari buku thesisnya, apalagi pertanyaan yang dilontarkan para opponent. Cukup mengangguk-angguk saja ketika mendengar jawaban dari kandidat. Tentu, karena bidang penelitian mereka sangat spesifik dan bukan merupakan hal yang familiar bagi saya. Ada yang penelitiannya mengenai edukasi di Indonesia, ekonomi blabla, manfaat ekstrak jatropha curcas, liver fibrosis, dll.  Sejauh ini hanya dua public defense yang bisa saya pahami sedikit maksudnya. Itu pun karena saya terlibat di salah satu chapter dalam penelitian mereka. Tentu topiknya tidak jauh dari bidang saya.

Untuk penonton sidang, mungkin berkali-kali menyaksikan sidang akan menjadi pengalaman menarik. Tidak masalah mau datang ke sidang manapun. Tapi yang pasti, untuk para kandidat PhD, cukup sekali saja mengalami sidang maha penting dalam hidupnya itu.

Informatie, tips & trucs, Mom's School stuff, Pharmacisthings

About MSc. Medical Pharmaceutical Sciences

Beberapa teman dan kenalan yang mengetahui kalau saya lanjut kuliah S2 Farmasi di University of Groningen mengontak saya dan bertanya: Monik kuliah farmasi apa di sana? Cakupannya apa saja? Mata kuliahnya apa saja? Researchnya seperti apa? Nyambung tidak dengan pekerjaan atau latar belakang saya sebelumnya?

Saya senang bisa bantu menjawab rasa penasaran teman-teman sekalian. Oleh karena itu saya juga akan rangkumkan garis besar si jurusan S2 yang saya tempuh sekarang ini. Walaupun memang di website RuG sudah cukup lengkap, mungkin penjelasan saya akan membantu.

1. Jurusan apa aja sih yang bisa apply untuk MSc Medical Pharmaceutical Sciences (MPS) ?

In sya Allah background bachelor yang berlatar belakang farmasi sangat terbuka chance-nya untuk apply MPS. Tapi ternyata ga cuma farmasi, related research fields yang berhubungan dengan molecular and cellular biology, kimia organik, biokmia, juga bisa kok.

2. Intinya si MPS ini mengarah ke mana sih?

MPS ini fokus pada studi patofisiologi dan intervensi obat. Cakupan programnya cukup luas, jadi mulai dari mempelajari penyakit, sampai drug development, dari mulai basic farmasetik, farmakologi molekular, analisis farmasi, toksikologi, farmasi klinik, farmakoterapi, sampai studi post marketing surveillance. Tapi kita ga akan mempelajari semuanya secara dalam. Kita cukup memilih akan berfokus pada bidang yang mana, terutama untuk research. Continue reading “About MSc. Medical Pharmaceutical Sciences”

Info for Motion, Informatie, tips & trucs, Mom's School stuff

Monik lagi S2 di Belanda? Boleh Nanya-nanya ga?

Boleh bangeeeet.

Ini bukannya saya sok-sokan eksis ada yang nanya-nanya segala. Tapi memang beberapa orang teman nanya ke saya, bagaimana saya akhirnya bisa S2? beasiswanya apa? persiapannya apa? dan lain-lain. Saya seneng kok kalau bisa ikut bantu jawab pertanyaan temen-temen yang penasaran gimana caranya S2 di luar negeri dengan beasiswa. Saya juga soalnya dulu suka nanya-nanya, dan saya bersyukur kalau tiap saya nanya, orang merespon dengan hangat dan sabar. Jadiiii.. yaa apa salahnya saya rangkum jawaban saya di sini. Nanti kalo ada yang nanya, saya bisa langsung share link, dan kalo ada yang bingung bisa nanya lagi.

Monik sekarang S2, kok bisa??

Hahaha.. heran gitu ya? Kayak kok aku ga meyakinkan buat bisa lanjut S2 *becandaaa*. Iya, Alhamdulillah, Monik S2, bisa.. dengan pertolongan Allah, hehe..

Monik S2 jurusan apa, di mana?

Monik ambil jurusan farmasi juga, tepatnya MSc. Medical Pharmaceutical Science, di University of Groningen (Rijkuniversitet Groningen/RuG), Belanda. Nih kalau mau tau apa aja fakultas dan jurusan yang tersedia di RuG http://www.rug.nl/masters/by-faculty

Gimana bisa nemu jurusan dan universitas yang cocok sama kita?

Kalau untuk master, mau ga mau kita emang harus banyak cari informasi sendiri, bisa lewat education fair, googling, dan liat web universitasnya. Emang butuh effort untuk memilah-milah mana universitas mana yang jurusannya ada dan sesuai dengan minat dan background kita. Lalu juga memilah-milah negara mana yang kira-kira cocok untuk kita. Filter sebanyak-banyaknya opsi yang diinginkan, jangan cuma mentok sama satu pilihan aja. Saya pilih Belanda dan RuG sebenarnya karena beberapa faktor: Continue reading “Monik lagi S2 di Belanda? Boleh Nanya-nanya ga?”

Competition, Info for Motion, Pharmacisthings

Pursuing My Dreams to Netherlands

For me, being pharmacy student is not easy, after 4 years struggling in study, laboratory practice, assignments, and also final project, I really want to lead the right path in my life. After bachelor graduation, there are two things crossed my minds: continue my education in master degree or work in multinational company. Actually, I am not the brightest student in class, but I realize that I love learning; I like the passion when I can absorb information and knowledge through my nerves and keep in my mind. So I decide to pursue the next step of my education: Master Degree!

To continue master degree, I want to go overseas! That’s the dream. Study in Europe or US will be delightful, everybody knows that they have a great development in economy, technology, and education. I attended education fairs, collected the brochures, searched about universities in the internet. Then, my choice goes to: Netherlands!

Why?

Let’s talk about the growth of Pharmacy field there. The long history of the profession pharmacy in Netherlands has been filled with many important developmental issues. The profession developed from preparing drugs, dispensing medicinal products, to pharmaceutical care. The growth of pharmacy profession there is supported by high quality of education. They have a great path of education, not only learning but also research.

There are universities that offer pharmacy program. One of them is University of Groningen (RUG). They have a Groningen Research Institute of Pharmacy (GRIP). What I like about this university is they provide a study environment that rewards vision, quality and achievement. The magister program is research oriented. The pharmacy study has a strong focus on the professional duty as a pharmacist, and also the curriculum contains compulsory research project of a half year in the master phase. Amazingly, they don’t draw the line in pharmacy field. Pharmacy has broad and integrated knowledge in drugs, chemistry, biology, health, and  community. According to that concept, RUG provide many research groups and research themes, such as in Biochemistry, Pharmaceutical Analysis, Pharmaceutical Biology, Pharmacoepidemiology and Pharmacoeconomics, Pharmacotherapy and Pharmaceutical Care, and etc. Besides, the pharmacy study has a local collaboration with the University Medical Centre Groningen (UMCG). That’s the things that Indonesia has not established yet.

University of Groningen (RUG)

Another famous university is Utrecht University. They offer The Drug Innovation Master’s program.  Without any border, the curriculum focuses on interdisciplinary research in the field of the innovation and usage of drugs, biological products (vaccines, monoclonal antibodies, and gene therapeutics) and also diagnostics. They also provide programs that encompass health field, related with pharmacy, such as Epidemiology, Toxicology, Infection and Immunity, etc.

Besides the two universities, there are also Vrije Universiteit, Universiteit Maastricht, Universitas Erasmus Rotterdam, etc, which has its own eminency with various  programs of pharmacy and health.

What I am trying to say is. There are so many choices out there and they are really delightful. Netherlands is a country with borderless progress in knowledge and education. Last year, I applied pharmacy program to some universities there. I got the admission letter, but I haven’t gotten the scholarship yet. Evidently, there’s the third option for me besides continue my education in master degree or work in multinational company: I got married. I still keep the dream to study there. Wish me luck :D.