Sudah lazim ketika kita berpindah ke suatu tempat yang baru, maka kita akan sering membanding-bandingkan kondisi di tempat lama dengan tempat baru. Tentunya kita juga merasa rindu dengan tempat kita dulu. Itulah yang juga saya alami setelah 6 bulan berada di sini. Saya membandingkan semua fasilitas dan keteraturan yang ada di Belanda yang tentunya jauh dengan Indonesia. Saya juga merasa geregetan setiap kali mendengar kabar/membaca berita tentang kondisi politik Indonesia yang carut marut, KPK, polri, Jokowi, Jokowi haters, dan apapun deh. Mengetahui sistem kesehatan Indonesia yang masih suka ga jelas, juga bikin miris. Rasa-rasanya ga pengen sama sekali denger berita-berita seperti itu, bikin kesel dan sedih.
Tapi.. tentunya sebagaimanapun buruknya negeri kita, toh kita tetep cinta, mau sampai manapun kita melangkah jauh, pasti akan kembali pulang. Right or wrong is my country.
Ya sudah, kita tinggalkan dulu berita-berita tanah air yang bikin kesel. Setidaknya masih banyak hal yang bikin saya kangen dengan Indonesia, ya keluarga, ya Bandung, ya kulinernya, dan lain-lain. Tapi ada satu hal juga yang ga bisa terganti di sini, fasilitas ibadah, yang simpel aja mushola. Kalau mesjid sih ada di sini, mesjid Turki dan mesjid Maroko, dan termasuk gampang menjangkaunya. Ini yang lebih simple sih, mushola. Mushola adalah suatu tempat, bisa ruangan atau rumah ,yang diperuntukkan bagi muslim melakukan ibadah shalat, mengaji, dll. Di Indonesia kita bisa menemui mushola di mana-mana, di kampus, di perkampungan, di pusat pertokoan, di mall, terminal, satasiun, bandara, dan tempat-tempat umum lainnya, sehingga kita tidak perlu khawatir untuk berpergian dan akan melaksanakan shalat ketika sedang dalam perjalanan dan ketika beraktivitas, pasti ada tempat untuk shalat.
Berbeda dengan di sini, mushala adalah tempat langka. Kalau mau jalan-jalan ke centrum kita sebisa mungkin mencocokan waktu pergi dan jalan-jalan dengan waktu shalat. Jadi mau jalan siang, ya lebih baik setelah zuhur dan pulang sebelum asar, atau pergi pagi dan pulang sebelum waktu zuhur habis. Ya kalau mepet terpaksa deh kita shalat di jalan, bisa di bus, di kursi cafetaria, atau di toko tempat kita sedang belanja (sambil duduk). Begitu juga kalau di kampus, harus bisa mengatur waktu antara kuliah, istirahat, dan shalat. Ga kaya ketika di ITB semua bisa dilakukan sekaligus di salman (makan dan shalat, sekaligus beristirahat).
Ada mushola di kampus saya, di UMCG, satu-satunya musola di lingkungan UMCG (rumah sakit-univ-pusat penelitian yang luaass bgt). Itupun namanya bukan mushola, tapi stilte room atau silent room. Tempat ini ditujukan bukan hanya untuk shalat tapi juga bisa untuk tempat ibadah agama lain. Bukan hanya untuk muslim, kristen, budha, hindu, apa saja bisa melakukan kegiatan peribadatan di sini.