Selain menyiapkan dana dan itinerary yang matang untuk travelling, ada hal lain yang penting juga yang harus diperhatikan selama jalan-jalan. Yaitu perbekalan dan kesehatan.
Kalau dana ada tapi gak ada makanan yang layak untuk dibeli, selama jalan-jalan perut bisa keroncongan. Dana ada, tapi tetap harus memikirkan makanan apa yang murah dan halal-thoyyib untuk bisa dimakan. Kalau makanannya mahal-mahal yang dibeli terus, bisa-bisa pulang travelling ngais-ngais ntar. Maka dari itu makanan adalah hal yang esensial untuk disiapkan.
Biasanya kami selalu membawa bekal dari Groningen. Apakah itu beras/lontong, mie/popmie, biskuit, abon, sosis kalengan dll. Kadang jika dibutuhkan (di penginapan tidak ada dapur) kami akan membawa rice cooker turut serta. Nasi memang tidak lepas sebagai makanan sehari-hari. Biasanya sih, saya kuat aja gak makan nasi beberapa hari, begitu juga dengan Runa. Suami juga bisa diajak kompromi. Tapi dengan kondisi saya sekarang yang sedang hamil muda, perut kurang bisa diajak kerja sama. Dalam waktu dua jam saya udah merasa lapar. Kalau makan berat pengennya nasi biar nampol. Akhirnya perbekalan yang kami bawa cukup banyak, rice cooker, beras, mie, dan aneka biskuit.
Namun ternyata perjalanan seminggu tetap saja bekal kami kurang. Itupun kami tetap jajan di luar dan membeli roti, telor, selai di supermarket yang ada.
Satu lagi, meski itinerary sudah komplit dan matang, tapi kalau badan gak fit, tentu tidak bisa menikmati jalan-jalan dengan nyaman. Maka dari itu, kami lebih santai kalau sedang jalan-jalan. Menghabiskan 2-3 hari di kota yang sama baru pindah ke tempat lainnya. Kalau badan sudah capek, ya sudah tidak usah dipaksakan untuk tetap jalan, istirahat saja di penginapan.. santai-santai. Itu kan juga bagian dari liburan.
Jadi, merencanakan travelling yang matang juga tetap harus mempertimbangkan dua faktor penting tadi. Buat apa jalan-jalan tapi perut lapar dan badan tidak fit? Nanti pemandangan di depan mata jadi tidak menarik lagi. Seni travelling ternyata banyak juga celahnya, terutama kalau travelling dengan bocah. Yang penting semuanya dinikmati dan disyukuri. Alhamdulillah
Berpergian jauh dengan pesawat terbang tapi ongkosnya murah? Kalau dulu, hal ini mungkin hanya sekedar mimpi atau angan-angan yang sulit untuk terwujud. Travelling dengan menggunakan pesawat sepertinya menjadi hal yang jauh sekali untuk orang-orang menengah ke bawah. Padahal berpergian dengan kendaraan burung raksasa ini tentunya memudahkan kebutuhan akses perjalanan jauh kita. Sudah sering dong menggunakan kendaraan seperti bus, kereta, maupun kapal laut? Sepertinya sudah saatnya mencoba terbang dengan pesawat.
Melihat kebutuhan untuk berpergian dengan pesawat yang dapat diakses semua kalangan, maka beberapa perusahaan maskapai penerbangan pun mulai merambah bisnisnya. Yaitu dengan memberikan pilihan penerbangan bertarif rendah atau yang biasa disebut LCC (Low– Cost Carrier). LCC ini adalah suatu layanan penerbangan yang penggunanya hanya dimintai biaya yang relatif jauh lebih murah daripada kelas penerbangan pada umumnya tetapi yaa.. fasilitasnya pun seadanya saja.
Harga ngga pernah bohong. Mungkin itu salah satu quote yang tepat untuk menggambarkan fasilitas yang akan didapat jika memilih terbang dengan maskapai bertarif rendah. Fasilitas yang didapat tentunya berbeda dengan maskapai kelas atas seperti Garuda Airlines atau Batik Air. Seperti: jarak kaki pada kursi, fasilitas check in, maupun layanan makanan. Hal-hal tersebut hanya contoh dari sekian banyaknya fasilitas yang membedakan antara maskapai LCC dengan lainnya.
Walaupun demikian, para maskapai LCC tetap menjamin keselamatan dan kenyamanan penerbangan. Tentunya ini menjadi poin inti, kita kan tidak mau mengudara tetapi malah tidak sampai ke tempat tujuan. Nah, ada beberapa referensi nih maskapai penerbangan bertarif rendah mana saja yang terpercaya dan menjamin keselamatan para penumpangnya.
Check it out!
1. Sriwijaya Air
Sumber: his-travel.co.id
Perusahaan yang telah berdiri dari tahun 2003 ini memang sudah terkenal maskapai LCC berkualitas. Walapun harga tiket pesawat Sriiwijaya Air terbilang murah tetapi mereka tidak main-main dalam bekerja mengantarkan penumpangnya. Sriwijaya Air termasuk dalam salah satu dari banyaknya maskapai yang memiliki Standar Penerbangan Nasional kategori 1 di Indonesia. Sehingga tidak ada salahnya kalau memilih jasa maskapai yang berpusat di Jakarta ini.
Perusahan maskapai yang didirikan oleh keluarga Lie (Chandra Lie dan Hendry Lie) bersama Johannes Bundjamin dan Andy Halim ini telah memiliki 37 armada Boeing berbagai tipe 737. Slogan mereka adalah: “Your Flying Partner, Sriwijaya Air siap menjadi partner perjalanan Anda ke 43 tujuan penerbangan”. Melihat kapasitas Sriwijaya Air ini tentu tidak perlu ragu untuk memakai jasa maskapai ketiga terbesar di Indonesia ini.
2. Lion Air
Sumber: boeing.com
Lion Air merupakan maskapai penerbangan bertarif rendah terbesar di Indonesia. Maskapai swasta yang satu ini sudah memiliki banyak kepercayaan dari masyarakat Indonesia. Dengan total 100 armada pesawat, Lion Air siap mengantarkan para penumpangnya ke berbagai daerah di Indonesia.
Namun, belakangan ini maskapai berlogo singa ini sedikit kehilangan taringnya. Dengan sering terjadinya insiden dan beberapa kesalahan teknis seperti terlambat dalam jadwal penerbangan, membuat Lion Air kehilangan beberapa konsumennya. Meskipun begitu, Lion Air terus berkembang dan meluaskan pelayanannya sehingga menjadi maskapai yang sangat penting di Indonesia.
3. Citilink
Sumber: citilink.co.id
Kesuksesan Garuda Airlines dalam mewarnai kancah bisnis penerbangan di Indonesia, diikuti oleh anak perusahaanya, yaitu Citilink. Citilink mulai beroperasi pada tahun 2001, lalu maskapai ini pernah vakum dalam melayani semua tujuan penerbangan pada tahun 2008. Tetapi delapan bulan selanjutnya, Citilink mulai beroperasi lagi dengan adanya kucuran dana sebesar 10 juta dolar.
Dengan diawasi langsung oleh Garuda Maintence Facility Aero Asia, Citilink menjadi salah satu pilihan masyarakat dalam menemani perjalanan penerbangan mereka. Ditambah pula Citilink merupakan maskapai bertarif rendah yang menyediakan 24 tujuan penerbangan domestik untuk kebutuhan para penggunanya.
Untuk pemesanan dan harga tiketnya, sebenarnya Citilink terbilang unik dalam hal ini. Para penumpang dapat memilih nomor kursi yang diinginkan, padahal di maskapai LCC jarang yang memberikan pelayanan seperti ini. Lalu untuk harga, mereka mematok sesuai dengan pesanan kursi di baris berapa. Baris pertama merupakan yang termahal, selanjutnya baris kedua hingga ke belakang harganya semakin murah, malah bisa sampai diberikan secara cuma-cuma alias gratis.
4. Air Asia
Sumber: airportspotting.com
Air Asia terkenal di kalangan penggunanya dengan seringnya memberikan promo penerbangan ke beberapa tempat menarik. Karena itu banyak para travellers sudah jauh-jauh hari sebelum liburan sudah memburu tiket di Air Asia. Air Asia memang memberikan promo dengan pilihan waktu penerbangan yang masih lama, tak jarang menjadi pilihan para pendamba liburan.
Air Asia merupakan perusahaan maskapai swasta terbesar yang berpusat di Malaysia. Tetapi sejak tahun 1999, maskapai ini mulai beroperasi di Indonesia dengan nama AWAIR yang selanjutnya diganti menjadi Indonesia Air Asia. Pada awal beroperasinya, Indonesia Air Asia melayani penerbangan ke beberapa tujuan domestik menarik, sehingga pas sebagai pilihan untuk berkeliling Indonesia dengan harga yang terjangkau.
—
Itulah beberapa maskapai penerbangan yang dapat Anda pilih untuk menemani perjalanan mengudara Anda. Semuanya merupakan maskapai terpercaya dan sudah memiliki banyak pengalaman dalam mengantarkan para penggunanya.
Apa yang akan kalian beli untuk oleh-oleh ketika jalan-jalan ke tempat baru? atau ke suatu tempat yang jarang-jarang dikunjungi? Bisa jadi oleh-oleh bisa berupa makanan khas daerah tersebut, kerajinan tangan khas, atau pajangan yang merepresentasikan daerah tersebut. Tidak lupa oleh-oleh berupa beberapa jepretan foto saat kita travelling ke sana. Macem-macem deh.. Kalau di Indonesia biasanya lebih sering oleh-oleh berupa makanan ya, hehe.. habisnya makanan di Indo enak-enak, kalau ke Yogtakarta ya beli bakpia, kalau ke Medan beli bolu gulung Meranti, ke Bali ada pie susu atau pia legong, ke Padang ada sanjai balado, karak kaliang, kipang, randang *buset ik jadi ngiler sendiri nulisnya*, apalagi kalau ke Bandung udah berlimpah tu oleh-oleh makanan khas Bandung. Continue reading “Memilih Oleh-oleh ketika Travelling”→
Hallstatt. Awalnya, saya juga gak terlalu ngeh Hallstatt itu semacam apa, kota-kah, site wisata-kah, atau apa..? Cuma waktu saya lagi nyusun rencana travelling ke Austria, saya nanya ke sahabat saya, Laras (dia sudah ke Salzburg dan Innsbruck sebelumnya), kalau di Austria yang layak untuk dikunjungi itu apa? Dia bilang Hallstatt.. Kemarin dia belum mampir ke sana. Eh Hallstatt apaan? Kata saya. Itu lho yang desa di kelilingi pegunnungan, tempatnya kaya di dongeng-dongeng. Jawab Laras.
Lah.. makin ga kebayang deh. Sudah saya googling juga, tapi belum dapat gambaran yang pas tentang Hallstatt. Begitu saya bilang ke suami tentang Hallstatt, dia langsung oke. Katanya terkenal sih itu. Ternyata Pidi, si sahabat saya yang tinggal di Austria juga sudah pernah ke sana. Bahkan dia cuma sehari pulang pergi, katanya cukup. Continue reading “Trip to Hallstatt: Si Desa Tambang Garam Tertua”→
Jalan-jalan sambil bawa balita pasti yang kepikirannnya rempong, ribet, anak bisa cape, rewel lagi. Apalagi kalau travelling dengan durasi waktu yang panjang dan naik transportasi umum, pasti bikin kita sebagai ortu merasa harus punya persiapan yang extra lengkap demi menempuh perjalanan tersebut.
Bener sih. Saya termasuk emak yang banyak pikiran kalau jalan-jalan bawa anak. Kepikiran nanti Runa (almost 3 years old) cape terus nangis-nangis selama perjalanan, sakit, kelaperan, bosen, dan sebagainya (plus saya juga tipe yang lebih seneng ngendon di rumah daripada jalan-jalan, hoho –> pemalas detected). Padahal banyak temen saya yang punya anak lebih kecil daripada Runa kayaknya lebih santai dengan perjalanan yang jauh dan muter-muter ke beberapa kota.
Tapiii.. seiring dengan bertambahnya pengalaman sebagai ibu (tsaaahh), saya juga makin belajar kalau mau travelling sama Runa, makin persiapan, makin santai, dan makin kebiasa. Selama ini travelling terjauh Runa adalah dari Bandung-Jakarta-Amsterdam-Groningen dan sebaliknya. Itu di usia 18m dan di usia 34m. Selebihnya travelling dengan pesawat hanya 2 jam, naik mobil paling lama 4 jam, naik kereta paling lama 6 jam, dan naik bus paling lama 2 jam. Belum banyak sih jam terbangnya Runa. Tapi itu udah ditambah sambung-menyambung antar transportasi, seperti pindah kereta, dari turun pesawat harus naik kereta dan bus, plus bermalam di tempat sama sekali baru buat Runa. Alhamdulillah selama ini Runa termasuk yang kooperatif dan enjoy di jalan. Continue reading “Tips Travelling Membawa Balita”→
Postingan ini khusus dibuat sebagai rasa terima kasih kami pada sahabat-sahabat kami yang sudah bersedia direpotin selama UK trip kami. Beberapa teman bahkan baru saya kenal dan mereka tanpa canggung menerima kami sekeluarga di rumahnya *atau mungkin kami yang gak tahu malu ya, haha.* Kami bukan traveller yang mesti cozy di hotel dengan fasilitas oke, kami emang tipe traveller yang irit (karena UK juga mahal sih), jadi sebisa mungkin kita mencari tempat berteduh selama di UK *judulna mah teu modal*. Di London kami nginep di rumah kawan saya sesama awardee LPDP, di Edinburgh tadinya mau nebeng juga tapi ga memungkinkan akhirnya kami sewa airbnb, di Aberdeen aja kami yang di hotel Holiday Inn, itupun karena dibayarin kantor suami.
This trip will not be soooo much fun and smooth if it wasn’t because of you! We’re so thankful to all these great fellows who really welcome us during our time in UK.
I just fell in love to Edinburgh right away after I saw this city for the first time. Edinburgh is absolutely beautiful. The scenery, the buildings, the contour, the vibrant, the history, the romance. No wonder many authors were inspired and brought out their masterpiece from this city: JK Rowling, Sir Arthur Conan Doyle, Sir Walter Scott, etc. Edinburgh is a literary city. Even the main station (Waverley) is named after a novel of Sir Walter Scott. If I have a chance, I definitely will come back to visit this city again.
Subhanallah.. Mungkin itu kata yang banyak keluar dari saya saat melihat Edinburgh. Entah kenapa daya magis kota ini sangat kuat, bikin kita terhipnotis ke dalamnya. Baru sekali ini saya ngelihat ada ya kota seindah ini.. And that was definitely one of the best city I ever visited! 3,5 hari di Edinburgh ga kerasa. Saya dan keluarga muter-muterin Edinburgh, bahkan kami banyak jalan, mungkin dalam sehari ada kami jalan 5 jam-an kalau ditotal. Alhamdulillah-nya selama banyak jalan itu artritis saya ga kambuh, padahal biasanya kalau habis banyak jalan dan kecapean ini kaki udah kerasa pegel-pegel, tapi kemarin sama sekali enggak.
Okeh. Ini rekam jejak kami di Edinburgh. Mudah-mudahan bermanfaat untuk yang sedang cari itinerary di Edinburgh.
Ediburgh City Center
Begitu keluar dari Waverley Station, mata kita langsung dimanjakan oleh pemandangan kota Edinburgh yang cantik, bangunannya yang klasik, kastil view, taman kota yang luas, termasuk pusat pertokoan, dan Princess Mall.
The Scott Monument, ada di pusat kota. The Scott Monument is a Victorian Gothic monument to Scottish author Sir Walter Scott. It is the largest monument to a writer in the world. It stands in Princes Street Gardens
Postingan ini khusus dibuat untuk merekam jejak kami waktu travelling ke London. Memang perencanaan kami saat akan jalan-jalan ke London dan sekitarnya tidak terlalu matang. Tapi beruntung kami punya kawan-kawan yang tinggal di UK yang bersedia ditanya-tanya, mulai dari transport sampai spot-spot yang harus dikunjungi di UK (khususnya London). Mudah-mudahan yang lagi nyari itinerary London bisa kebantu.
Kami punya waktu sekitar 5 hari di London, 3,5 hari di Edinburgh, dan 6 hari di Aberdeen. Tadinya kami pengen menyusur Manchester, Liverpool, atau bahkan Edensor (terinspirasi Laskar Pelangi tea), tapi mengingat transport di UK mahalnya gila-gilaan, kami mengurungkan niat. Kami maksimalkan saja di 3 kota tersebut, btw Aberdeen ga termasuk kota wisata sih, ga ada apa-apanya juga, murni karena suami lagi training aja kita ke sana.
Objek wisata di London kebanyakan terpusat di zona 1, jadi kalau seharian mengelilingi zona 1 itu masih mungkin sih (Big Ben dan sekitarnya). Sisanya bisa ke tempat-tempat spesifik, misal ke stadium klub bola fav, ke univ-univ top dunia, Greenwich tour, dll. Ini agenda kami.
Day 1: Sightseeing London.
Waktu itu kami naik tube ke Charing Cross underground, dari situ bisa jalan ke Trafalgar Square, di depan Trafalgar Square ada National Gallery, di sana yaa.. paling foto-foto, atau kalau minat masuk ke museumnya. Dari sana bisa jalan menyusuri kota, lewat ke Big Ben and The Parliament, foto-foto lagi dong.. Kalau mau istirahat bisa cari park terdekat. Enaknya London ni walaupun pusat kota dan rame, tapi di tengah keramaian itu ada taman-taman buat kita istirahat, nongkrong, sambil minum-minum bir. Bisa di Hyde Park atau St.James Park. Cape muter-muter kami istirahat di St. James Park dan buka bekel di sana, hoho.. Kami menyusuri jalan lagi lewat taman dan akhirnya sampai di Buckingham Palace. Sightseeing kota ini ga perlu keluar banyak uang, kan cuma liat spot-spot bagus aja, kalo ga masuk ya ga usah bayar tiket. Lihat dari depan aja udah cukup kok. Oiya menurut kami jalan-jalan di pusat kota London masih bisa dengan jalan kaki, kayaknya kalo naik Hophop bus ga worthy deh, cukup mahal juga dan masih ada transport lain yang lebih murah.
The famous Big Ben. Big Ben sebenarnya itu cuma nama dari lonceng kecil yang ada di dalam jam-nya. Sedangkan nama tower-nya adalah Elizabeth Tower atau dikenal dengan Clock Tower. Big Ben ini bangunannya juga menyatu dengan Palace of Westminster.