Catatan Haji 1437 Hijriyah, Diary Perjalanan Haji

Diary Haji 2016 – Manasik Haji part 1

Jumat, 9 September 2016

Setelah ibadah umrah yang lumayan menguras tenaga kemarin, hari Jumat dijalani dengan lebih santai. Kami tidak menyangka ternyata tawaf dan sa’i membutuhkan stamina yang besar. Manasik haji tentu tantangannya lebih besar. Saya menyarankan pada para calon jamaah haji, setidaknya melakukan latihan fisik yang kontinyu agar tidak gampang capek. Jalan dan lari bagus untuk melatih kekuatan kaki.Sekali lagi selama di Aziziyah pihak Euromuslim tidak menyediakan konsumsi, jadi kita harus berusaha sendiri. Di penginapan Aziziyah tersedia dispenser dan ada air panasnya. Lumayan untuk menyeduh kopi, teh, atau popmie. Nyetok popmie beli di warung aja, jaga-jaga kalau sudah lapar dan belum sempat beli ke luar. Malah ada kawan saya yang membawa rice cooker kecil dan lauk yang simpel seperti abon, kering tempe, bumbu pecel. Buat yang gak tahan kalau gak ketemu nasi, bawa rice cooker adalah jadi opsi bagus. Saya sih gak bawa, jadi saya dan suami selalu jajan di luar, kadang kami beli Al Baik (tapi gak ada nasi, cuma ada roti dan kentang untuk karbonya), kadang kami beli burger, atau lauk dari warung Indonesia. Baiknya kawan saya itu, sepasang suami istri,  ia sering mengundang ke kamarnya untuk makan bersama. Ia membagi nasinya dengan kita-kita yang gak bawa nasi, Alhamdulillah.

Pagi itu saya dapat rezeki, belum sempat jajan sarapan eh malah kawan sekamar saya, Mbak Vicka, membelikan saya bakso dari warung Indonesia. Lumayan untuk ganjel perut. Alhamdulillah. Sehabis sarapan, saya dan suami keluar penginapan, mau cari perbekalan untuk siang, sebelum jum’atan tiba. Eh ternyata di sekitaran jalan besar Aziziyah itu ada yang lagi bagi-bagi makanan kotakan. Ada antrian orang-orang untuk dapat makanan. Katanya itu ada orang kaya yang sedang sedekah di hari juma’at.

Continue reading “Diary Haji 2016 – Manasik Haji part 1”

Catatan Haji 1437 Hijriyah, Diary Perjalanan Haji

Diary Haji 2016 – Umrah

Setelah berada di Madinah selama lima hari (postingan sebelumnya di sini dan di sini), perjalanan umrah dan haji dilanjutkan ke Makkah. Kami bersiap untuk melangsungkan ibadah yang ditunggu-tunggu.

Kamis, 8 September 2016

Rombongan kami sampai di penginapan Aziziyah pukul 02.00 dini hari. Perjalanan dari Madinah ke Aziziyah rasanya memakan waktu cukup lama, dari siang sampai gelap tiba. Rasanya badan pegal juga. Tapi kami harus segera istirahat, sebab paginya kami akan melaksanakan umrah. Kenapa kami menginap di Aziziyah, tidak di Makkah? Jadi pertimbangan dari biro haji kami adalah mencari tempat singgah antara Makkah dan Mina. Ketika kami melakukan prosesi haji di Mina, kami tidak menyimpan semua barang di tenda Mina. Kebayang rempong kan kalau begitu. Space di tenda Mina kan terbatas dan seluruh rombongan berada dalam satu tenda. Koper besar rombongan haji disimpan di Aziziyah, dan kami akan PP Mina-Aziziyah. Aziziyah akan menjadi tempat istirahat di siang hari, sebelum sorenya kami bermalam di Mina. Enaknya di Aziziyah kami masih bisa mencuci pakaian dan menjemurnya di atap apartemen. Penginapan di Aziziyah tidak sebagus di Madinah, bukan hotel, lebih tepatnya seperti apartemen. Meski begitu, kamarnya tetap nyaman. Kami tetap sekamar dengan rekan sebelumnya (berempat dalam satu kamar).

Pukul 07.00 pagi kami sudah dibangunkan lagi, bus sudah menunggu di depan penginapan. Kami, masih dengan pakaian ihram, bersiap menunggu giliran naik bus. Rombongan Diwan cukup banyak, ada 180 orang, jadi kami harus bersabar menunggu giliran bus. Untuk rombongan Euromuslim, ada dua orang ustadz yang akan memandu kami, sama seperti waktu di Madinah. Rombongan orang Indonesia yang berjumlah 37 orang akan dibagi menjadi tiga kelompok, satu rombongan bersama Ustadz Irwan, rombongan lain bersama Ustadz Rolly, dan kelompok lain bersama Pak Said. Ketiganya yang akan memandu kami selama di Masjidil Haram, melakukan tawaf, salat, dan sa’i.

Ketika memasuki Masjidil Haram, saya mulai deg-degan … Ya Allah, saya akan melihat rumahmu, mengunjungi bangunan suci yang diletakkan oleh Nabi Ibrahim, menyaksikan kiblat yang dirindukan oleh Rasulullah selama hijrah di Madinah. Perasaan saya campur aduk. Apalagi ada yang bilang: “Hati-hati lho ada yang gak bisa lihat Ka’bah”, karena bermacam alasan. Intinya mungkin karena Allah tidak mengizinkan mereka untuk melihat Ka’bah. Ya Allah, jangan sampai… Semoga diri yang penuh dosa ini masih diizinkan melihat rumahmu. Continue reading “Diary Haji 2016 – Umrah”

Catatan Haji 1437 Hijriyah, Diary Perjalanan Haji

Diary Haji 2016

Dear readers! Di section Diary Haji 2016 ini, saya akan menuangkan lebih rinci aktivitas selama menunaikan ibadah haji dalam tiga minggu lamanya.

Saya bagi tiga minggu tersebut dalam beberapa bagian:

  1. Lima hari di Madinah part 1 dan part 2
  2. Umrah
  3. Manasik Haji, part 1, part 2, part 3
  4. Minggu terakhir di Makkah

Kalau saya pribadi, sebelum berangkat haji memang senang baca kisah-kisah dan pengalaman haji orang lain (selain baca panduan dan tata cara haji tentunya). Tapi tetap saja walaupun saya banyak baca dari pengalaman orang-orang, hal yang terjadi dan saya alami di luar bayangan saya. Ketika saya baca, saya mengandalkan imajinasi saya, saya googling juga gambaran Mina seperti apa, jamarat kayak gimana, dan sebagainya. Beruntung saya menemukan blog kawan kuliah saya, Ega, yang berdomisili di Jepang. Ia menunaikan haji dari Jepang. Catatan perjalanan hajinya super luengkaapppp banget! Saya baca semuanya. Bahkan ada hari saat saya sibuk membaca blognya, menghabiskan satu siang, yang harusnya saya pakai untuk mengerjakan master report (Alhamdulillah saya masih taat deadline). Berikut Diary Haji punya Ega: https://egadioniputri.wordpress.com/2017/08/08/daftar-tulisan-seri-diary-haji/

Saya kagum Ega menuliskannya sangat detail. Saya sih tidak sedetail itu, kadang ingatan saya di tahun 2016 saat haji dulu ada yang sudah agak lupa. Ega bahkan berangkat haji tahun 2013 dan masih berusaha menyelesaikan diary haji-nya sampai tahun 2017, haha..  Ternyata bukan saya saja yang struggling menuangkan catatan haji di blog. Dua tahun setelahnya saya masih mencoba menuliskan pengalaman saya dengan lengkap.

Ada juga kisah berhaji dari Spanyol, dari blognya Mbak Riana dan Mas Ibrahim. Mbak Riana bahkan berhaji ketika hamil lima bulan kalau tidak salah. Saya sampai terkagum dan terharu dibuatnya. Berikut linknya:

Hamil dan berhaji, Berhaji dari Eropa dengan paspor Indonesia, Lengkung Madinah dan CordobaBerhaji dari EropaCerita Haramain

Berkaca dari tulisan Ega dan Mbak Riana di blognya, yang sangat bermanfaat untuk saya, saya juga ingin memberikan gambaran bagi rekan-rekan yang hendak melaksanakan haji. Selain itu juga sebagai pengingat bagi saya. Memori manusia terbatas, hidup manusia tidak panjang. Melalui tulisan setidaknya saya bisa memperpanjang umur. Semoga menjadi amal jariyah. Bismillahirrahmanirrahim, saya coba.

Silakan klik link di atas dan selamat menikmati!