Di sekolah Runa ada tugas presentasi untuk anak-anak dari grup 5 ke atas, namanya spreekbeurt. Jadi anak-anak boleh memilih topik yang dia inginkan, lalu dia bikin slide sederhana untuk menjabarkan topik tersebut, kemudian ada jadwal presentasi di kelas, untuk disimak oleh guru dan teman-teman sekelas. Di akhir presentasi teman-temannya boleh mengajukan pertanyaan. Penilaiannya juga dari guru dan teman-temannya, mereka dibagikan lembaran kertas untuk diisi mengenai penampilan dan konten presentasinya.
Untuk ukuran anak SD, ini tentu sesuatu yang menantang. Waktu di grup 5, gak semua anak diwajibkan presentasi, hanya bagi mereka yang mau saja, dan boleh dikerjakan berdua, boleh sendiri. Runa sih kalau gak wajib, dia skip, haha. Berhubung dia juga anaknya gak suka jadi spotlight, apalagi ngomong di depan kelas. Waktu grup 6 semua anak wajib presentasi, dengan topik yang ringan aja. Contohnya mengenai anjing (puppy), hewan peliharaan, musim panas, etc.
Runa memilih topik mengenai Indonesia, itu lumayan berat malah menurut saya, karena teman-temannya mungkin banyak yang gak tahu mengenai Indonesia. Runa bahkan membawa angklung untuk demo serta membawa klepon dan onde-onde untuk dibagikan di kelasnya (credit to Tante Nisa yang membuatkan klepon dan onde-onde-nya). Senenglah mereka, ya sapa yang bisa nolak sih makanan Indonesia? Dibandingin hambarnya makanan Londo.
Alhamdulillah presentasi Runa waktu itu berjalan baik dan mendapatkan komentar positif dari guru dan teman-temannya setelah disogok klepon dan onde-onde. Runa prepared very well. Dia mah bahkan nyiapinnya dari jauh-jauh hari, latihannya berkali-kali.

Di grup 7, spreekbeurt menjadi lebih menantang. Kata gurunya, topiknya gak boleh yang ‘ecek-ecek’ lagi, maksudnya harus yang serius dan berbobot. Wait, maksudnya berbobot itu gimana ya? Anak esde kudu ngomong apa nih? Intinya ya mengenai topik yang tidak umum dan ringan lagi, ngomongin kucing atau bunga aja.
Dari awal grup 7 sudah ada pengumuman untuk spreekbeurt ini. Runa udah mulai mencari-cari topik, padahal giliran Runa tuh masih luaamaa banget. Jadi sekitar Oktober sudah ada pengumuman, dan Runa udah mulai memikirkan presentasinya, yang kebagian di bulan Juni. Kami brainstorming mengenai topik yang akan dipilih. Beberapa topik yang muncul: Ramadan, Idul Adha, Islam, Palestina, Kolonisasi, dll. Seru kan kalau soal Palestina di kelas, yang kebanyakan masih gak terlalu tahu apa yang terjadi di Palestina (ya iyalah, media barat kan beritanya gak bener, dan orang tua teman-temannya pasti jaranglah membahas ini soal sama anaknya). Memang berat sih topik Palestina ini, tapi kalau mau, kita pasti full support untuk Runa.
Teman-temannya yang muslim ada yang sudah memilih topik, ada yang bercerita tentang Mekah, Ramadan, dan Rasisme. Masya Allah banget ya anak usia 10-11 tahun topiknya, dan mereka ngomong bukan ke kalangan yang familiar dengan Islam lho.
Akhirnya setelah menimbang-nimbang Runa memilih topik Islam untuk spreekbeurt-nya. Runa sudah punya gambaran kalau dia akan punya poin-poin untuk dibahas, seperti Rukun Islam, Qur’an, Rasulullah, hari besar Islam (Idul Fitri dan Idul Adha), dan mesjid. Saya mendampingi Runa untuk melengkapi poin-poin yang akan dia sampaikan di slide. Runa memilih sendiri gambar-gambar yang akan ditampilkan di slide, sok monggo berkreasi. Paling saya ngasih masukan aja. Lalu saya mengusulkan untuk menampilkan video mengenai pelaksanaan haji di Ka’bah, biar ada gambaran kan. Lalu di akhir, Runa membuat kuis tipis-tipis untuk ngecek apa temen-temennya menyimak dengan baik, haha.
Setelah bikin slide yang membutuhkan beberapa minggu akhirnya slide-nya final juga (soalnya Runa mencicil ngerjainnya, dia mah bukan tipe Sangkuriang kayak Ayahnya, wkwk). Jadi kalo lagi ada ide ditambah, terus diedit, gitu deh. Runa juga beberapa kali latihan presentasi di depan saya, di depan saya+suami+Senja, lalu di depan saya lagi, di depan Senja, di depan Senja+Cici (temannya Senja), di depan Uti, wkwkwk. Wah pokoknya well prepared lah. Di beberapa hari sebelum presentasi, suami mengusulkan Runa untuk membawa kurma dan cokelat kurma yang kami beli waktu umroh. Ide bagus kan, jadi bawa makanan lagi nih, haha. Lagipula ini kan makanannya unik pasti buat mereka. Meski kurma dijual di Belanda, tapi gak semua orang biasa makan kurma. Apalagi nih ada cokelat kurma, istimewa dong.
Akhirnya hari yang dinanti tiba juga. Runa katanya deg-degan sih dari beberapa hari sebelumnya. Biasa ya namanya juga presentasi di depan umum. Saya dan suami menenangkan Runa, kan Runa udah latihan beberapa kali, udah siap, bismillah tinggal berdoa aja, nanti Allah yang lancarkan. Kita ingatkan juga untuk baca doa Nabi Musa ketika mau berdakwah pada Fir’aun. Dilancarkan lidahnya dan Allah membuat orang-orang mengerti apa yang Runa sampaikan. Sayangnya gak bisa direkam sih sama difotoin khusus.

Masya Allah Runa selesai juga spreekbeurt Runa. Lancaarr dan sambutannya positif. Gurunya Runa memuji Runa berkali-kali bahwa Runa terlihat sangat siap dan presentasinya lengkap. Alhamdulillah, Runa juga senang. Bahkan di rapotnya Runa, gurunya menuliskan komentar mengenai performa Runa yang sangat baik ketika presentasi.
Namun, di luar semua itu, saya merasa sangat terenyuh dan tersentuh. Tersentuh karena.. Ya Allah, semoga ini menjadi nilai dakwah untuk Runa, dan semoga dari apa yang Runa sampaikan bisa membuka pintu hidayah bagi siapapun yang mendengarkan. Mungkin bukan sekarang, mungkin nanti, mungkin bukan hal yang instan, tapi sekecil apapun usaha kita dalam dakwah, Insya Allah berkah. Terenyuh karena … di umur semuda Runa, Runa menjadi anak yang berbeda dengan teman-teman sebayanya. Ia sudah menanggung amanah sebagai agen muslim di tempat komunitas. Gak mudah pasti menjadi berbeda. Tapi bersyukur Runa tidak minder dan tidak canggung. Semoga Allah genggam hati Runa selalu.
Suami bilang pada Runa ketika Runa sempat merasa agak takut kalau presentasinya gak bagus nanti atau dianggap aneh. Kira-kira begini, “Run, ini tuh Runa sedang berdakwah lho, dan pahalanya besar. Ayah sama Bunda aja segede Runa boro-boro ada kesempatan kayak gini, kepikiran aja enggak. Nanti, kita gak pernah tahu, kalau suatu hari ada teman Runa atau guru Runa yang dapat hidayah dia sempat keingat mengenai presentasi Runa mengenai Islam. Berkahnya besar banget lho! Pahalanya mengalir terus buat Runa.” Itu cukup membuat Runa termotivasi.
Ya Allah… semoga Runa dan Senja istiqomah, bisa lebih baik dari Ayah dan Bundanya. Bisa menjadi agen dakwah di belahan bumi Allah ini, aamiin.