Children in the Netherlands, I Am a Muslim

Sirah Camp Runa



*super late post* *tapi tetap harus ditulis karena penting*

Salah satu agenda ketika mudik ke Indonesia adalah mencarikan kegiatan Islami untuk Runa (dan Senja, jika ada) semacam pesantren kilat atau kajian khusus anak-anak. Sudah cita-cita supaya Runa setidaknya bisa merasakan atmosfer keislaman yang besar, bahwa ia adalah bagian dari umat Islam yang besar, dan Indonesia memiliki keuntungan sebagai negara dengan berpenduduk mayoritas Islam. Di Belanda sebenarnya juga atmosfer keislaman semakin bertambah setiap tahunnya. Kerasa lho, dari saya sejak datang 2014 sampai 2024 ini. Hanya memang tetap tidak mudah mencari komunitas muslim dan kegiatan islami untuk anak.

Alhamdulillah dari link-link ikhwah yang suami kenal, ada nih kegiatan pesantren kilat yang diadakan khusus untuk anak yang tinggal di LN dan sedang berlibur ke Indonesia selama musim panas (Juli-Agustus). Nama kegiatannya Qur’an Summer Camp, yang diadakan di daerah Bogor. Nah genggong Runa yang tinggal di kota lain juga akan ikutan, kebetulan keluarga mereka juga tinggal di Bandung. Jadi kita udah janjian nih anak-anak akan ikutan kegiatan tersebut selama 3 hari 2 malam (Jumat-Minggu). Runa udah semangat nih yaa menunggu-nunggu hari tersebut.

Eh… qadarullah H-4, Qur’an Summer Camp tersebut dibatalkan, huhu. Runa jadi bete karena dia gak jadi “ngumpul” sama gengnya. Nah, kebetulan juga, saya tuh sebenernya ada info Sanlat yang lain, yaitu Sirah Camp yang diadakan oleh Sirah Community Indonesia (SCI). Saya memang lagi join kelas-kelasnya SCI yang diisi oleh Ustadz Asep Sobari, makanya saya yakin ini pasti juga akan seru. Hanya yang bikin ragu adalah: 1) Runa gak ada teman sama sekali, dan memang camp ini bukan khusus untuk anak-anak LN. Buat Runa yang anaknya agak pendiam, mungkin akan lebih sulit berbaur dengan anak-anak lain. 2) Camping-nya ini di lokasi gunung dan tidurnya di tenda. Wah, bisa gak nih ya Run

Tapi, kami yang sudah terlanjur menjadwalkan weekend tersebut untuk agenda ke Depok dan Bogor, merasa ini harus di-gas aja deh. Kami sudah booking hotel untuk kami selama nunggu Runa sanlat, udah janjian mau berkunjung ke Rumah Tajwid ke Depok, dan agenda lainnya lah. Bismillah saya coba hubungi panitia Sirah Camp, walaupun pendaftaran sudah tutup. Alhamdulillah masih ada slot. Oke tancap, bismillah.

Runa yang pada dasarnya anak yang kurang suka tantangan langsung ciut dan menolak. Duh sebenarnya saya juga agak ragu, takutnya kami terlalu memaksakan. H-1 berangkat aja Runa mewek. Uti-nya yang ngeh kalau Runa habis nangis menawarkan, ya udah sanlat sama Uti aja, wkwkwk. Yang ini ditolak sih, yang ada malah dimanjain banget sama Uti. Alhamdulillah Akungnya lebih tegas dan mendukung. “Udah, biarin aja, gak usah nenek-kakek ikut campur. Runa ikut sanlat aja”. Untungnya yaa.. kalo gak saya udah luluh aja.

Setelah tawar-menawar dan segala negoisasi, akhirnya Runa setuju untuk ikut Sirah Camp, tapi gak ikut dari Jumat pagi, tapi dari Sabtu paginya. Jadi hanya dua hari satu malam. Oke-lah, kami mencoba fair. Kan daripada enggak sama sekali. Akhirnya kami bertolak dari Bandung ke Depok dulu hari Jumatnya. Kami menginap dulu di Depok, baru Sabtu subuh kami mengantar Runa ke lokasi camping.

Sabtu subuh dong (sarapan dari hotel aja sampe dibungkus) kami tancap gas dari Depok ke Bogor, arah Puncak di daerah perkemahan Mega Mendung. Ternyata ya Allah… jalan menuju ke site tersebut sangat menantang. Jalan berliku, naik gunung, ketemu jalan kecil yang cuma bisa dilewati satu mobil padahal itu dua arah, ketemu sama truk, sambil di sebelah sisi udah jurang. Udah zikir aja terus ini mah. Masya Allah Pak Suami bisa telaten mencapai tempat perkemahan di jam 8 pagi.

Kami disambut para panitia yang ramah-ramah, dan Runa langsung bergabung dengan anak-anak yang lain. Anak-anak yang ikut berusia sekitar 10-12 tahun. Mereka dikelompok-kelompokan dan dibimbing oleh kakak mentor. Kakak mentornya Runa ternyata anaknya Ustadz Asep Sobari sendiri. Tidurnya beneran di tenda tanah lapang, dan dikelilingi gunung.

Suasana di Sirah Camp

Tema dari Sirah Camp ini adalah ‘Dari Khandaq Hingga Puncak Peradaban’. Aktivitas Camp ini cukup padat terdiri dari materi terkait Peristiwa Khandaq, membangun mindset sebagai muslim dari hikmah Perang Khandaq, ada diskusi-diskusi, studi kasus, materi dari Ustadz, kerja kelompok, presentasi, sampai puncaknya adalah Simulasi Perang Khandaq. Selain dari inti kegiatan tersebut, tentu ada kegiatan ibadah, salat berjamaah, salat tahajud, tilawah, juga olahraga dan games. Hya ampun aku aja jadi excited banget pengen ikutan.

Ngomong-ngomong kenapa sih temanya kok dari Khandaq ke puncak peradaban? Setelah saya belajar sirah di SCI dan juga baca-baca lagi. Memang Khandaq ini adalah kunci dari terjadinya peristiwa-peristiwa besar di belakangnya yang akan membawa Islam menuju peradaban tinggi. Setelah sebelumnya ada Perang Badar dan Perang Uhud. Umat muslim menghadapi gempuran pasukan koalisi, yang terdiri dari kafir Quraisy kaum Yahudi, dan Ghathafan. Makanya disebut juga dengan perang sekutu (Ahzab). Setelah kemenangan di Perang Khandaq yang ide strategi perangnya dicetuskan oleh Salman Al Farisi, wibawa umat muslim semakin berkibar, tidak hanya di Jazirah Arab, tetapi juga terdengar sampai Persia dan Romawi. Sampai Rasulullah SAW bersabda, “Mulai sekarang, kitalah yang akan memerangi mereka dan mereka tidak akan lagi sanggup memerangi kita. Kitalah yang akan melakukan serbuan kepada mereka.”

Setelahmnya, kaum muslimin berturut-turut menghadapi peristiwa Perjanjian Hudaibiyah, Penaklukan Khaibar, Perang Mu’tah melawan kekaisaran Byzantium (Romwai), Fathu Makah, Perang Tabuk, dan Haji Wada. Saat Haji Wada, lebih dari 100,000 umat muslim dari seluruh Jazirah Arab berkumpul di bawah Panji Islam untuk membawa Islam ke puncak peradaban. Jadi banyak sekali keterkaitan antara Perang Khandaq dengan visi besar peradaban islam. Inilah yang menjadi topik besar camp ini. Sebuah dorongan motivasi yang luar biasa. Memberikan prespektif pada anak-anak yang sudah menuju dewasa ini mengenai Islam yang luar biasa. Islam hadir untuk alam semesta. Muslim lahir untuk menjadi manusia yang mendunia. Kita yang akan mengemban dan menyebarkan visi risalah Islam.

Bersama para santri-santriwati, dan Ustadz Asep Sobari, usai materi

Keseruan lainnya adalah para peserta dalam kelompok diminta untuk membuat yel-yel dari nama kelompok yang diambil dari nama sahabat-sahabiyah yang berperan dalam Perang Khandaq. Masya Allah anak-anak juga jadi lebih mengenal lebih dalam sosok Salman Al Farisi, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Mu’adz (yang syahid karena luka-lukanya), Rufaida binti Sa’ad (perawat dalam perang), Shafiyyah binti Abdul Muthalib (bibi Rasulullah SAW, berhasil membunuh kaum musyrik).

Simulasi Perang Khandaq
Di lapangan, kegiatan pagi

Alhamdulillah. Sampai hari terakhir Runa bisa mengikuti camp dengan baik. Fasilitatornya keren-keren, kakak-kakak mentornya baik-baik, dokumentasinya bagus, panitianya juga sigap, Masya Allah. Kesan dari Runa setelah dijemput di hari terakhir di titik penjemputan: cape ngantuk, tapi seru, sesuatu hal yang baru, ketemu teman-teman baru. Yang lucu Runa bilang dia bingung 3x sehari makannya nasi dan porsinya banyak, haha. Makanya setelah pulang camp akhirnya kami makan kentang dan Runa juga ingin nyari roti. Masya Allah

Runa juga tiba-tiba Runa minta dibeliin rok, karena lihat teman-teman perempuannya setelannya rapi pake rok, wkwk.. Runa masih pake celana biasa aja. Jadi dapat inspirasi setelan muslimah syari nih ya. Soalnya di Belanda gak banyak referensi dan gak banyak pilihan. Baju muslimah Runa kalau gak setelan celana+tunik, atau gak gamis. Tapi kemarin akhirnya beli rok celana, biar Runa tetap bisa geraknya enak kalau naik sepeda.

Komunitas baik itu harus dicari dan diperjuangan karena manusia sebegitu lemahnya tidak bisa baik sendiri dan tidak bisa berjuang sendiri. Alhamdulillah kesempatan baik ini kami gunakan supaya Runa bisa menimba ilmu secara langsung di lapangan dan dari Ustadz juga. Supaya terekam di memorinya. Aaamiin. Semoga berkesempatan ikut kegiatan-kegiatannya lagii

Berikut video-video rekaman kegiatan Sirah Camp SCI.

Rasulullah itu memiliki prinsip bahwa pemimpin suatu kaum adalah yang melayaninya, Rasulullah itu yang paling lapar dari semuanya, tapi begitu ada makanan, beliau adalah yang terakhir kali kenyang.

Leave a comment