Just Learning, Life is Beautiful

Hikmah di Balik Musibah


Kalau ditanya apa hikmah di balik musibah, ternyata hikmah yang dipetik ga cuma satu, dua, tapi mungkin puluh-puluhan, tak terhitung. Sama seperti nikmat yang Allah berikan pada manusia tidak bisa terukur.

Alhamdulillah Forum Komunikasi Netherlands (ForKom NL), gabungan dari perkumpulan muslim Indonesia di Belanda, mengadakan kajian rutin online tiap minggunya. Dengan pengisinya ustadz-ustadz mumpuni, Masya Allah. Ternyata termasuk kegiatan yang saya tunggu-tunggu tiap minggunya. Setelah dalam seminggu berkutat dengan kesibukan work-from-home, bolak balik masak, memantau pe-er Runa, ngajak main anak-anak, beres-beres lagi, gitu terus muter. Lelah kadang, tapi begitu ketemu weekend ada leganya. Setidaknya ada agenda bergizi untuk diikuti.

Kajian minggu ke-2 adalah dari Ust. Oemar Mita, mengenai hikmah di balik musibah. Apa yang dipaparkan Ust. Oemar Mita bikin saya merasa ditampar bolak-balik. Malu, cuma segini-gininya aja jadi makhluk.

Saya rangkum catatan kajiannya di sini, biar tidak lupa.

Pandemik corona ini adalah musibah. Setiap manusia akan mendapat musibah. Yang membedakan antar tiap manusia adalah waktunya dan kadarnya. Ujian corona ini mungkin bentuknya gak sama bagi tiap manusia.

Ketika di dunia, bisa jadi kita menangis, banyak air mata keluar karena ujian dan musibah. Tapi air mata kita akan kering di akhirat nanti insya Allah.

Apa bedanya azab, ujian, musibah?

Azab adalah siksaan yg diberikan oleh Allah pada suatu kaum atas kekufuran yang dilakukan oleh mereka. Mereka berkubang dalam maksiat tanpa henti (menjadi candu). Azab dibagi menjadi 2:

Azab I’sti’sal: azab yang terjadi pada kaum, di mana tidak ada yg disisakan dari kaum tersebut. Azab ini terjadi sebelum Rasulullah diutus oleh Allah. Kisah mengenai azab ini tertuang di Al Qur’an. Contoh: Azab pada kaum Nabi Nuh dan pada kaum Nabi Luth.

Azab ghairu I’sti’sal: azab yang terjadi setelah Rasulullah datang pada suatu kaum, di mana pada kaum tersebut disisakan sebagian dari mereka agar mereka belajar dari azab tersebut.

Ujian adalah sesuatu yang dikenakan pada setiap orang, mencakup ujian yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Dalam bahasa Arab, ujian itu disebut fitnah. Maka dari itu disebutkan bahwa istri/suami dan anak-anak itu adalah fitnah (ujian untuk kita). Bukan musibah lho ya? :)), kebayang kalau bilang istri saya musibah.

Semakin beriman, semakin besar ujian yang Allah berikan. Orang yang paling berat ujiannya adalah Nabi dan Rasul. Tapi ingat pertolongan Allah lebih besar daripada ujian yang diberikan.

Musibah. Musibah disebutkan 77x  dalam Al Qur’an. Musibah itu identik pada sesuatu kemalangan hidup. Sesuatu yg sifatnya menyedihkan, seperti kematian, kerugian, penyakit, kebangkrutan, kemiskinan, bencana alam, dll.

Ujian dan musibah sama-sama ditimpakan untuk setiap orang beriman. Orang beriman ya, ujiannya berat, tetapi perlu diingat bahwa pertolongan Allah lebih besar. Kalau ujiannya recehan? Berarti imannya juga recehan (waduh). Tapi juga malah sedikit pertolongan Allalh di dalamnya. Jadi pilih mana? Kalau kita sedang diuji, ya waktunya kita menaikkan iman.

Musibah terbagi menjadi dua, musibah di dunia dan di musibah yang berkaitan dengan dien/agama (akhirat). Seberat-beratnya musibah di dunia, masih lebih mending daripada musibah dalam agama (Hadits yg diriwayatkan Imam Thirmidzi: seberat apapun musibah dunia lebih ringan dari musibah akhirat).

Musibah dunia misalnya yang disebut di atas tadi, kematian, penyakit, bencana alam, dll. Musibah akhirat adalah yang berkaitan dengan agama, misalnya murtad, tidak tergerak dalam melakukan ketaatan.

Hikmah Allah memberikan musibah:

1. Karena Allah Maha Berkehendak

Sebelumnya patut diingat bahwa, Allah itu Maha berkehendak. Jadi kalau kita tanya, ya Allah kenapa Allah turunkan virus ini ke dunia? Ingat, Allah adalah Rabb, Yang tidak pernah ditanya apa yang Ia lakukan. Sama saja seperti kita bertanya kenapa salat lima waktu. Beda dengan kita manusia. Ya, suka-suka Allah, Fa‘alu limaa yuriid..  Dan Allah Maha Berkehendak atas apa yg dilakukan.

2. Agar Manusia tidak jatuh cinta pada dunia, karena dunia adalah tempat kerugian

Bayangkan kalau tidak ada musibah, manusia tidak akan paham bahwa dunia sebagai tempatnya ujian. Sedangkan akhirat, wal akhirotu khairu wa abqo. Akhirat itu lebih baik dan akhirat itu kekal. Memahami ayat ini lebih bisa dimengerti/diimani ketika dalam kondisi dalam musibah. Jangan sampai kita  jatuh cinta pada dunia. Jatuh cinta pada dunia akan membuat benci akhirat dan akan membuat manusia takut mati. Padahal mati itu ketemu Allah lho. Sedangkan orang yang cinta pada akhirat, malah tidak akan benci pada dunia tapi akan bersahaja di dunia dan mempersiapkan bekal untuk di akhirat.

Biasanya orang yang 1) jatuh cinta pada lawan jenis, 2) jatuh cinta pada kelompoknya, dan 3) jatuh cinta pada dunia akan susah diberi nasihat. Padahal Allah memberikan petunjuk di Al Qur’an.

3. Allah ingin mengetahui siapa yg beriman di waktu lapang dan sempit

Banyak orang ketika lapang dia lupa pada Allah, ketika sempit baru ingat pada Allah.

4. Allah ingin menaikkan derajat kita di surga

Ketika di padang mahsyar Allah membagi 2 kelompok manusia:

  1. Ahlul musibah (ahli musibah, selalu diuji dengan macam-macam hal, hidupnya sering susah dan sengsara)
  2. Ahlul afiyat (orang-orang yang pada masa hidup di dunia mendapatkan kemudahan tanpa usaha yang berarti)

Orang yang banyak ditimpa musibah, maka yang tersisa dari dosanya akan sedikit, karena sudah dihapus dari musibah-musibahnya di dunia dan mereka bersabar

Allah berkata, bahwa di akhirat Allah akan memberikan ahlul musibah 3 hal:

1. Afiyah atau kekuatan, sebagai ganti kesusahan yang dia dapat di dunia dulu.

2. Khairan atau kebaikan, yaitu surga.

3. Manzilan yaitu tempat yang tinggi atau kedudukan yang tinggi di surga.

Sampai ahlul afiyat mendongak melihat tingginya kedudukan ahlul musibah. Sehingga mereka berkata: Mengapa ketika di dunia mereka tidak mendapatkan banyak musibah? Bahkan kalau dipotong-potong daging ini pun tidak mengapa, Masya Allah.

Ahlul musibah itu dekat dengan surga. Maka katanya penduduk surga itu banyak dari kalangan miskin dan papa, serta mereka bersabar.

5. Allah ingin mendekatkan kita padaNya

Kenapa kadang kita susah menangkap hikmah? Karena hati kita kotor. Hati yg kotor tidak dapat menangkap hikmah.  Seperti kaca yg kotor tidak bisa memantulkan cahaya. Akhirnya banyak orang yang frustasi dan depresi pada Allah, lalu meyalahkan Allah. Naudzubillah.

6. Mendapatkan pahala kesabaran

Kita akan datang ke akhirat denga merugi jika kita bukan orang yang ditimpa musibah. (Rugii, rugii? Masya Allah Pernah kepikiran kayak gitu? Jika memang betul maka kita pasti akan banyak bersyukur ketika ditimpa musibah kan?

Pahala besar adalah pahala sabar ketika musibah. Nah kalau semua serba gampang, nanti bingung sendiri.. mau dapat dari mana pahala sabar?

Pahala orang yang sabar itu tidak ada batasnya. Sabar itu tidak identik dengan kemudahan, tetapi dengan kesulitan. Maka berbahagialah jika kita bertemu adengan kesulitan.

Ingatlah ketika banyak kematian karena covid, kalau dia bersabar, menjadi syahid (seperti wabah to’un di zaman Rasulullah dahulu)

7. Memunculkan ibadah yang dulu kita tinggalkan

Ketika #DiRumahAja kita bisa jadi lebih banyak bertafakur, berzikir, dan memunculkan ibadah-ibadah atau sunnah yang kita awalnya kita tidak ngeh. Misal kita jadi lebih memperhatikan wudu, menghargai orang yang bercadar, banyak berdoa qunut nazilah, dan dzikrul maut.

8. Menghilangkan sikap sombong kita sebagai manusia

Manusia itu bisa apa? Alam dan sekitarnya tidak akan apa-apa selama ada wabah ini. Alam tidak akan mati kalau manusia di rumah aja. Manusia yang malah kesulitan. Masih mau sombong?

__

Wallahua’lam bishawab. Semoga bermanfaat

3 thoughts on “Hikmah di Balik Musibah”

  1. Seperti kaca kotor, tidak bisa memantulkan cahaya. Bener banget, hati harus dibersihkan dulu kalau mau jadi orang baik. Semoga aja covid ini memeberi banyak pelajaran pada kita semua bahwa kita cuma manusia, nggak bisa apa-apa tanpa Allah.
    Musibah apapun yang datang, terima aja, bergantung sama Allah.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s