Catatan Haji 1437 Hijriyah, Diary Perjalanan Haji

Diary Haji 2016 – Umrah


Setelah berada di Madinah selama lima hari (postingan sebelumnya di sini dan di sini), perjalanan umrah dan haji dilanjutkan ke Makkah. Kami bersiap untuk melangsungkan ibadah yang ditunggu-tunggu.

Kamis, 8 September 2016

Rombongan kami sampai di penginapan Aziziyah pukul 02.00 dini hari. Perjalanan dari Madinah ke Aziziyah rasanya memakan waktu cukup lama, dari siang sampai gelap tiba. Rasanya badan pegal juga. Tapi kami harus segera istirahat, sebab paginya kami akan melaksanakan umrah. Kenapa kami menginap di Aziziyah, tidak di Makkah? Jadi pertimbangan dari biro haji kami adalah mencari tempat singgah antara Makkah dan Mina. Ketika kami melakukan prosesi haji di Mina, kami tidak menyimpan semua barang di tenda Mina. Kebayang rempong kan kalau begitu. Space di tenda Mina kan terbatas dan seluruh rombongan berada dalam satu tenda. Koper besar rombongan haji disimpan di Aziziyah, dan kami akan PP Mina-Aziziyah. Aziziyah akan menjadi tempat istirahat di siang hari, sebelum sorenya kami bermalam di Mina. Enaknya di Aziziyah kami masih bisa mencuci pakaian dan menjemurnya di atap apartemen. Penginapan di Aziziyah tidak sebagus di Madinah, bukan hotel, lebih tepatnya seperti apartemen. Meski begitu, kamarnya tetap nyaman. Kami tetap sekamar dengan rekan sebelumnya (berempat dalam satu kamar).

Pukul 07.00 pagi kami sudah dibangunkan lagi, bus sudah menunggu di depan penginapan. Kami, masih dengan pakaian ihram, bersiap menunggu giliran naik bus. Rombongan Diwan cukup banyak, ada 180 orang, jadi kami harus bersabar menunggu giliran bus. Untuk rombongan Euromuslim, ada dua orang ustadz yang akan memandu kami, sama seperti waktu di Madinah. Rombongan orang Indonesia yang berjumlah 37 orang akan dibagi menjadi tiga kelompok, satu rombongan bersama Ustadz Irwan, rombongan lain bersama Ustadz Rolly, dan kelompok lain bersama Pak Said. Ketiganya yang akan memandu kami selama di Masjidil Haram, melakukan tawaf, salat, dan sa’i.

Ketika memasuki Masjidil Haram, saya mulai deg-degan … Ya Allah, saya akan melihat rumahmu, mengunjungi bangunan suci yang diletakkan oleh Nabi Ibrahim, menyaksikan kiblat yang dirindukan oleh Rasulullah selama hijrah di Madinah. Perasaan saya campur aduk. Apalagi ada yang bilang: “Hati-hati lho ada yang gak bisa lihat Ka’bah”, karena bermacam alasan. Intinya mungkin karena Allah tidak mengizinkan mereka untuk melihat Ka’bah. Ya Allah, jangan sampai… Semoga diri yang penuh dosa ini masih diizinkan melihat rumahmu.

Rasa haru menyeruak melihat Ka’bah berdiri tegak di tengah-tengah Masjidil Haram. Saat mendekati musim haji, kiswah (kain hitam penutup Ka’bah) digulung ke atas sampai setengah-tiga perempatnya, sehingga terlihat tembok Ka’bah. Kiswah Ka’bah terbuat dari kain sutra murni yang disulam ayat-ayat Alquran dengan benang emas dan perak. Dari kejauhan, jamaah akan melihat bagian bawah Kabah dilapisi dengan kain putih dengan alasan agar menjaga kebersihannya dan sebagai penghormatan. Ternyata kiswah diangkat agar tidak ada jamaah haji yang melakukan perbuatan tidak terpuji dengannya. Ada lho yang suka mengguntingnya atau mengelus berlebihan. Kalau sudah seperti itu ditakutkan mendekati bid’ah dan syirik, Naudzubillah.

Ka’bah saat musim haji. Gambar dari sini

Akhirnya Kami mulai tawaf pukul 09.00. Rombongan saya dan suami berada di bawah pimpinan Ust. Irwan. Kami mengambil tawaf di lantai dasar, artinya di dekat Ka’bah. Cuaca saat itu mendung, tidak terasa terlalu panas, dan juga tidak terlalu padat akan jamaah. Mungkin ini disebabkan beberapa jamaah sudah menuju Mina untuk persiapan manasik haji. Tawaf tujuh kali itu selesai tidak terasa, setelah tawaf kami salat dua rakaat (utamanya di belakang maqam Ibrahim) lalu meminum air zam-zam. Semuanya memakan waktu sekitar 30-40 menitan. Setelah melepas lelah sebentar, kami bersiap untuk sa’i.

Sa’i dikerjakan tujuh kali bolak-balik antara bukit Safa dan Marwah. Namun, jangan bayangkan bukit tersebut naik-turun, semuanya datar saja. Ada sih bagian yang menanjak, tapi hanya dari ujung ke ujungnya saja. Lantainya pun dingin, ada AC, ada air zam-zam untuk diminum. Wah Masya Allah, tidak bisa bandingkan dengan perjuangan Siti Hajar dulu, jauuhhh. Ini mah sudah banyak kemudahannya. Satu kali jalan ke Safa atau Marwah memakan waktu kira-kira 10-15 menit, dengan jalan normal. Jadi total menyelesaikan 7 putaran sekitar 1,5 jam. Alhamdulillah semuanya dimudahkan.

Sa’i antara Safa dan Marwah

 

Setelah selesai, kami menunggu rombongan lain yang terpencar. Setelah lengkap, kami pun menuju bus dan kembali ke Aziziyah. Sampai di penginapan, kami langsung tahallul. Bagi wanita rambut yang dipotong hanya sepanjang ruas jari saja. Untuk pria dicukur hampir botak, soalnya nanti ketika tahallul akhir baru rambut akan dicukur gundul sempurna. Kami pun bisa beristirahat setelahnya. Untuk makan siang dan makan malam, tidak disediakan di Aziziyah. Jadi kami harus mencari sendiri. Di Aziziyah banyak kok tempat makan, ada Al Baik (semacam KFC-nya Arab, ayamnya gede-gede), ada burger, ada juga warung Indonesia (cuma nemu satu).

Salat Ashar, Maghrib, dan Isya saya lakukan di penginapan. Bapak-bapak bisa mengerjakan di masjid, ada masjid di dekat sana.

… Bersambung ke bagian manasik haji

Jalanan lengang di Aziziyah, sebab sebagian besar jamaah haji sudah berkumpul di Mina
Advertisement

3 thoughts on “Diary Haji 2016 – Umrah”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s