Informatie, tips & trucs, Journey, Just Learning, Life is Beautiful

Mengajukan Visa Keluarga Belanda dari Indonesia


Salah satu nazar saya jika visa keluarga (suami dan anak) jadi tepat waktu sehinga saya jadi bisa berangkat ke Belanda bersamaan dengan suami dan anak adalah: MEMBUAT BLOG MENGENAI MENGURUS VISA KELUARGA BELANDA DARI INDONESIA

Kenapa? Karena ternyata belum banyak yang tahu bahwa:

1. Bisa lho mengurus visa keluarga dari Indonesia

2. Bisa lho kita berangkat bersamaan dengan student-nya (atau sponsor dari keluarga)

3. Informasi mengenai pengurusan visa keluarga ini sepertinya masih terbatas, baik di website IND maupun dari Kedutaan Belanda

Visa yang dipakai oleh student (saya) dan keluarga adalah visa tinggal sementara, atau disebut MVV (“Machtiging Voorlopig Verblijf”). MVV ini diperlukan bagi warganegara asing yang akan tinggal di Belanda lebih dari 90 hari dalam periode 6 bulan.

Jadi begini ceritanya. Untuk mengurus visa student relatif lebih mudah In sya Allah. Untungnya untuk student di Belanda, visa diurus oleh universitas yang bersangkutan, jadi kita ga perlu repot urus macem-macem, beda sama visa student di Inggris harus urus sendiri dan belum tentu tepat waktu juga selesainya. Tapi karena saya magister, visa keluarga tidak diurus oleh universitas, kalau PhD baru universitas mengurus visanya. Visa saya selesai 3 minggu diurus oleh universitas (RuG) dan IND, saya cuma ngirim scan passport dan bukti pembayaran visa. Jadi saya dapat email dari IND bahwa visa student saya sudah bisa diambil di Kedutaan Belanda Jakarta, tinggal datang aja, bawa: email yang menyatakan visa sudah jadi, passport, dokumen yang diisi (bisa di tempat), dan foto (bisa foto di tempat).

Sebelumnya saya banyak cari info dari temen-temen yang sudah berpengalaman mengurus visa keluarga, nanya2 ke PPIG (Persatuan Pelajar Indonesia di Groningen), nanya ke biro jasa yang mengurus legalisasi dokumen, browsing, daaaan sebagainya. Saya dan suami berusaha menggali sebanyak mungkin informasi mengenai mengurus visa keluarga dari Indonesia. Memang kebanyakan jawaban yanng kami dapat kurang memuaskan atau belum ada yang melakukan seperti itu. Ada yang bilang ga bisa ngurus dari Indonesia karena si student ybs harus sudah punya izin tinggal dulu di sana baru apply dari sana untuk keluarga, ada juga info bahwa mengurus visa keluarga bisa sampai 6 bulan baru jadi, bahkan ga ada yang tahu kapan visa itu bakal keluar, tergantung dari sononya (IND,-red). Saya dari awal sangat optimis untuk bisa berangkat bareng, dan akan SANGAT mengusahakan, terutama visa anak. Ga kebayang dong ninggalin Runa yang lagi sangat gemesin untuk jangka waktu yang ga jelas? Kaya ninggalin setengah jiwa (eh tiga perempat jiwa malah)  di tempat lain.

Tapi makin saya menggali informasi ke sana kemari, malah saya jadi pesimis, karena tidak ada satupun jawaban yang meyakinkan bahwa proses tersebut ada dan bisa dilaksanakan. Oh, ada satu orang yang meyakinkan kami bahwa hal itu POSSIBLE, Pak Danu namanya, beliau dari biro jasa yang mengurus proses legalisasi dokumen. Penjelasan dari Pak Danu membuat saya melihat ada secercah harapan: “Bisa bu, kemarin klien saya juga ada yang mengurus seperti itu, memang jarang sih, tapi dicoba saja”. Pak Danu pun memberikan beberapa informasi penting untuk mengurus visa keluarga tersebut.

Untuk mengurus visa keluarga, harus bersamaan dengan student (dalam hal ini sebagai sponsor) saat mengambil visanya. Jadi student mengambil visa, keluarga ikut datang ke Kedutaan Belanda memasukkan dokumen (yang sudah lengkap). Jadi prosesnya di-link-an dengan visa kita

*Saya kurang tahu untuk update terbarunya, tapi ini informasi terakhir yang saya pakai.

 Oke, nah apa aja dokumen yang diperlukan itu:

  1. Passport (yang valid sampai 6 bulan ke depan), dan fotokopi semua halaman passport (yang sudah ada isinya tentu)
  2. Legalisir buku nikah.  Buku nikah dilegalisir di Kementerian Agama, Kementerian Hukum dan HAM,  Kementerian Luar Negeri, dan terakhir di Kedutaan Belanda. Proses ini bisa diurus sendiri ke masing-masing tempat atau bisa juga melalui Biro Jasa. Posisi saya pada saat itu lagi susah untuk mondar-mandir urus sana sini, jadi saya pakai bantuan biro jasa aja. Memang mungkin biayanya lebih mahal, tapi untuk hemat waktu dan tenanga bisa jadi opsi yang bagus. Oiya untuk buku nikah yang keluaran tahun 2000 biasanya udah bilingual, jadi ga perlu ditranslate lagi ke sworn translator. Tapi kalau belum bilingual ya harus ditranslate dulu. Biaya yang saya keluarkan sekitar 1 juta (sudah bersih), kurang lebih 10-14 hari kerja.
  3. Legalisir akte kelahiran. Untuk akte yang keluaran baru, seperti akte punya anak saya (2013) itu tidak perlu ditranslate karena sudah bilingual. Nah, dokumen kita yang sudah berusia sama dengan umur kita harus diperbaharui, karena dokumen yang dilegalisir harus berusia tidak lebih dari 5 tahun. Jadi kita harus bikin kutipan kedua ke Kantor Catatan Sipil sesuai kota kelahiran. Suami saya urus di Kabupaten Bandung, seminggu selesai biayanya 50ribu (katanya sih harusnya bebas biaya). Yang punya saya diurus di Padang, Alhamdulillah punya saudara di sana, jadi saya kirim semua dokumen untuk membuat kutipan kedua tersebut ke Padang serta surat kuasa untuk saudara saya tsb. Biasanya ni kutipan kedua akte ini juga sudah bilingual, jadi ga perlu ditranslate lagi. Akte kelahiran kemudian dilegalisir di Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Luar Negeri, dan Kedutaan Belanda. Ini juga saya serahkan pada Biro bersamaan dengan buku nikah tadi. Biaya 750ribu/akte, kurang lebih 7 hari kerja.
  4. Dokumen dari IND yang sudah diisi lengkap. Dokumen-dokumen yang kita perlukan untuk diisi bisa diunduh di web IND: untuk suami/istri, dan untuk anak. Ini website IND nya, semua info bisa dilihat di sana https://ind.nl/EN/Pages/default.aspx. Kalau butuh tanya langsung ke IND bisa by email, tapi kadang balasnya lama. Bisa juga via tlp +31 88 0430 430. Biar ga mahal bisa tlp pakai skype, jadi kaya beli pulsa gitu pake kartu kredit. Atau kalau mau tanya langsung ke Kedubes Belanda juga bisa ke Bagian Konsuler (+62) 21 5271904 dengan jam pelayanan telepon pukul 13.00-14.00, dan biasanya salurannya sibuuuuk terus, sabar aja terus redial, hehe.
  5. Proof of Income dari sponsor. Ada beberapa dokumen yang saya lampirkan untuk ini
    • LoA dari universitas (biar meyakinkan gitu) walaupun sebenarnya ga tertera harus bawa.
    • LoS dan LoG (kalau ada) dari LPDP sebagai sponsorship saya. Dengan catatan LoS dan LoG nya sudah direvisi ada keterangan bahwa LPDP memberikan family allowance sebesar 25% untuk max 2 orang anggota keluarga.
    • Bank Reference, (dari bank atas nama student), yang menyatakan bahwa saya sebagai sponsor keluarga memiliki tabungan di bank tsb sekian juta rupiah yang dikonversi ke euro. Untuk menandakan  bahwa keluarga saya nanti akan “terjamin” untuk hidup di sana. Karena dari LPDP kan memberi family allowance setelah 6 bulan di sana. Kalau mau berangkat bareng otomatis kita harus menyediakan dana sekitar 6x living allowance untuk keluarga sekitar €1495,20/bulan. Tapi itu masih kotor, anggep aja 1600/bulan. Cuma saya takut itu ga cukup, jadi saya menyediakan lebih, kira-kira untuk hidup setahun, supaya lebih meyakinkan lagi.

Semua dokumen sudah lengkap. Pas hari H saya mengurus visa ke Kedutaan, suami dan anak ikut serta. Jam 9 di sana, kami menunjukkan surat mengenai visa saya, sambil bilang sekalian mengurus visa keluarga. Kemudian kami mengambil antrian. Sambil menunggu, kami berfoto passport di sana, 50ribu/orang, untuk 4 foto. Biar ga repot sih kalo foto di luar takut salah format. Setelah masuk ke dalam, masih menunggu nih… Akhirnya giliran saya tiba. Saya cuma ngasih semua kelengkapan untuk visa saya, kemudian scan jari beres deh. Tinggal ambil visa keesokan harinya. Bagian deg2annya pas mengurus visa suami dan anak. Beruntung kami bertemu petugas loket yang baik hati, dia sepertinya sudah paham kondisinya dan memulai proses. Cukup lama juga beliau memilah-milah dokumen suami dan anak. Sampai dia bilang oke.. dan saya dikasih surat untuk pengambilan visa suami dan anak (kalau jadi nanti), oiya tidak lupa kami juga harus membayar untuk pembuatan visa, langsung ditransfer ke rek IND, biayanya 288 euro.

Setelah proses itu selesai.. saat penantian dimulai. Katanya sih 3 minggu bisa jadi, tapi balik lagi itu tergantung IND nya dan juga tergantung kelengkapan dokumennya. Saya mulai gelisah, karena mendekati hari-hari saya berangkat, belum ada kabar juga mengenai visa keluarga. Saya dan suami berusaha mencari kabar sampai di mana proses visa kami, tiap beberapa hari sekali kami telepon ke Konsuler Kedutaan dan juga ke IND. Akhirnya suatu kali saya telepon ke Konsuler, yang mengangkat Ibu petugas loket waktu itu. Saya masih ingat suaranya, dia juga ternyata ingat saya. Dia bilang memang jarang yang mengurus seperti ini, dalam 2 bulan ini paling baru ada satu. Dia pun bilang akan mengkroscek ulang progres pengajuan visa kami. Saya antara lega tapi juga takut visa ini ga selesai tepat waktu.

Seminggu sebelum berangkat, saya mulai pasrah bahwa kayanya saya bakal berangkat sendiri dulu. Mellow banget ga sih mo ninggalin anak. Tiket saya udah ada, dipesankan via travel LPDP. Akhirnya saya nekat mesen tiket untuk anak saya (sepesawat dengan saya) via travel LPDP, toh ga butuh seat (karena < 2 th) dan harganya 100 USD, biarin deh coba aja.. Bisa diundur juga kalau batal. Untuk suami, saya ga sedia tiket, karena memang dari travel LPDP udah full dan juga kalau pesen dari tempat lain mahal dan belum jelas juga kapan berangkat.

Dua hari sebelum berangkat. Pasrah dan galau dan sudah bisa menerima kenyataan bahwa ga akan berangkat bareng. Saya berangkat Minggu jam 00.40, Hari Jumat saya sudah siap packing dan lagi nginep di rumah mertua di Bandung, yaa.. ceritanya mau pamit dan juga mohon doa. Jam 9 pagi tiba-tiba ada telepon ke hp suami dari Ibu petugas loket yang dulu juga (makasih banyak Miss G, sudah memperjuangkan visa kami): Pak Fajar, selamat visa anda dan anak sudah jadi, hari ini bisa diambil di Kedutaan. Nyeeeesss Pleeeeengggg.. Sujud syukur, ya Allah… Alhamdulillah. Siapa sangka…. Allah Maha Kuasa.

Hari itu juga suami langsung ngabur ke Jakarta. Tapi karena takut kantor Kedutaan sudah tutup sebelum sempat diambil, suami minta tolong teman kami. Iqbal Zaelanda.. (makasih bal udah sangat membantu…. Semoga kebaikanmu dibalas Allah, aamiin). Iqbal berkantor di Kuningan, dekat ke Kedubes. Semua dokumen pengambilan dokumen kami scan dan juga surat kuasa untuk dikirim ke email Iqbal. Hari itu juga visa suami dan anak bisa diambil dan langsung suami jemput ke kantor Iqbal. Sore itu juga, suami langsung balik lagi ke Bandung, untuk packing….

Satu urusan sudah selesai. Tinggal tiket untuk suami nih belum ada. Tadinya saya mah gapapa deh suami mo pake pesawat apa dan ga bareng juga gapapa. Sing penting anak bareng aku, haha.. Tapi Papa dan Mama khawatir banget kayanya ini Monik ga bisa deh baru sekali berangkat keluar negeri, pake peswat 14 jam, bawa Runa.. No way-lah. Seharian ubek-ubek jadwal dan tiket pesawat, Alhamdulillah akhirnya bisa dapat 1 tiket penerbangan yang sama untuk suami, dengan harga normal. Murni itu karena bantuan Allah dan juga usaha telatennya Papa yang sampai nyari ke travel langganan dan koneksinya dengan orang Garuda. Alhamdulillah.. bersyukur ga ada habisnya.

Urusan packing pun akhirnya bisa selesai. Akhirnya Minggu 24 Agustus 2014, kami terbang bersama ke Amsterdam.

Going to Netherland23 Agustus 2014, di Soetta (kucel banget ini, sehari sebelum berangkat riweuhnya minta ampun)

familyDianter keluarga, Papa, Mama, Kakak

di bandaraKetiduran di ruang tunggu nunggu pesawat jam 00.40

20140824_101212Runa di pesawat. Abaikan orang bertato di sebelah Runa

Oya note penting. Beberapa orang memang sengaja ga ngambil risiko untuk berangkat bareng keluarga bersamaan karena terbentur masalah adaptasi dengan lingkungan baru dan housing. Akan lebih baik memang jika di sana nanti kita sudah punya housing yang memadai untuk keluarga. Untuk keluarga saya pribadi memang lebih pede untuk bisa berangkat bareng. Satu, karena suami memang sudah pernah tinggal di Belanda sebelumnya, di Kota yang sama juga dengan sekarang, Groningen. Jadi at least, udah taulah situasinya seperti apa. Kedua, saya sudah dapat housing yang memadai untuk keluarga, jadi sampai di sana udah tenang. Housingnya juga bareng orang Indonesia juga. Jadi rumah 3 lantai, ada 5 kamar. Memang ada kamar kosong untuk disewain, jadi saya posisinya sebagai “anak kos” di sana. Yaa.. karena masih sama-sama orang Indonesia, jadi lebih fleksibel dan ga perlu pake deposit segala, lumayan ngurangin beban kan. Nah, untuk yang mau berangkat bareng keluarga, saya sarankan carilah housing yang PAS untuk keluarga, jauh-jauh hari dipersiapkan. Banyak tanya aja ke PPI di daerah setempat atau ke rekan-rekan di sana, In sya Allah ada jalannya.

Semoga anda-anda yang sedang berusaha mempersiapkan keberangkatan bersama keluarga dimudahkan ya.. Kalau ada yang ingin ditanyain silahkan, saya seneng berbagi pengalaman biar bisa bantu juga.

Good luck.

“Manusia berusaha, Allah memberikan jalan”

65 thoughts on “Mengajukan Visa Keluarga Belanda dari Indonesia”

  1. mbak monika,

    Great post mbak..saya juga berencana bawa istri ke Belanda,
    posisi saya udah di Rotterdam…info2 nya sangat membantu mbak, thanks a bunch!

  2. tx ya informatif sekali mb jd ga ragu untuk apply visa ke bld, oya saya mau tanya kalo apply mvv visa untuk suami n anak pilih aplikasi IND yg mana ya ? sponsor atau foreign national? trims

  3. Assalamualikum,
    Mba saya mau tanya nih terkait dengan legalisir buku nikah. Apakah buku aslinya atau kita fotokopi dlu baru di legalisir?

    Oya u housing tdk d siapin oleh univ nya ya?

    Terimakasih

    1. wa’alaikumsalaam
      buku aslinya mas yg dilegalisir, nnti bawa aja yg asli dan fotokopinya (yg sdh dilegalisir), yg diserahkan kopiannya
      housing bisa diurus oleh univ, tp setau saya univ memilihkannya student house, bukan rumah (cocoknya utk single). sementara kalau untuk keluarga tentu nyamannya tinggal di rmh/flat kan.. tp blh dikontak univ-nya apa memungkinkan utk dicarikan oleh pihak univ.

  4. Salam kenal mb Monika, mohon informasinya. Kalau buku nikah umurnya sudah lebih dari 5 tahun berarti perlu dibuatkan kutipan keduanya juga kah? Saya sudah browsing tapi belum dapat info ini, hanya disebut legalisir buku nikah. Terima kasih…

    1. @Mbak Frita: ohya mbak, saya juga blm dpt info mengenai buku nikah yg >5th. Baiknya ditanya pada birojasa yg mengurus legalisir (walaupun tidak mengurus legalisasi di sana, biasanya mereka terbuka kalau ditanya2 mengenai dokumen) pastinya mereka lbh brpngalaman

  5. Salam kenal mbak Monika, rencana saya jga akan mengajak keluarga ke Belanda tepatnya di Wageningen. Boleh saya minta kontak untuk biro jasa yg membantu mbak dlm pengurusan visa krna jarak yg tidak memungkinkan sya harus bolak balik jakarta. Terima kasih.

  6. ass mba monika terimakasih atas blognya yang sangat membantu.. mba saya mau tanya, kemarin waktu membuat visa mvv untuk suami, apakah beliau melalui test kemasyarakatan ? soalnya dr ketentuan yg saya baca di web IND pemohon visa mvv hrs melewati test tersebut..
    terimakasih

    1. @mbak shabrina: ga perlu mbak.. setahu saya test tsb berlaku utk membuat visa tetap jd WN Belanda, misalnya seperti yg menikah dgn WN belanda

  7. Oh gitu mba… alhamdullilah, oya mba kalo misalnya saya mengurus visa bareng dengan visa suami, tp stelah visa tersebut keluar saya berangkatnya tidak bareng dalam arti suami saya duluan berangkatnya, kira2 memugkinkan ga ya mba? Atau saya memang hrs berangkat brng dengan suami ? Maaf ya mba monik saya banyak bertanya, saya sangat bersyukur menemukan blog mba ini, barakallah untuk mba monik dan keluarga 🙂

    1. gapapa mbak shabrina, mudah2an blog saya bisa membantu.. waktu itu saya pernah tanya juga ke bagian konsuler Kedutaan Belanda, saat saya mengurus visa, kalau tidak salah tidak apa2 gak berangkat bareng kok mbak, misalnya visa mbak belum jadi sementara suami harus sudah berangkat

      1. Oh gitu mba.. Alhamdullilah.. soalnya kemungkinan saya br menyusul setelah 6 bulan, krn nunggu si kecil besar hehe, abis lahiran lngsng di tinggal papanya.. oya mba monik saya jg mau tanya soal pengeluaran selama di belanda… berdasarkan pengalaman mba monik dengan keluarga selama dibelanda pengeluaran perbulan berapa euro ya mba ber 3 dng anak dan suami ? Soalnya beasiswa suami saya(stuned) tdk meng cover keluarga kl tidak salah perbulan dptnya 970 euro..

      2. Oh gitu mbak.. wah alhamdulillah ada si kecil ya, selamat sblmnya 🙂
        tapi utk visa ini, jika visa sudah diisued maka minimal kita hrs brgkt 3 bln stlh visa ini issued (klo g slh 3 bln). lbh dr itu nnti visanya hangus dan hrs apply lg. kalo sudah rencana utk menyusul 6 bln kemudian, mgkn lbh baik mengurus visanya stlh suami di Belanda. oiya mbak.. bs kontak2 saya via fesbuk/email kalo mau ngobrol panjang ttg pengeluaran, rmh, dll.. hehe.. biar lbh enak. add fb sy aja: monika pury oktora

  8. Dear Mba Monik, Sy suaminya Shabrina, insha Allah akan kuliah di Gronigen juga bulan Agustus bsk, ingin tanya akomodasi yg ditempati Mba Monik itu bsk bulan Agustus ada yg kosong tdk kamarnya? Terima Kasih. Salam untuk keluarga disana 😀

  9. Baik mba saya sudah cb message mba monik lewat fb tp blm bs di add soalnya g ada mutualnya mba hehe.. terimakasih banyak ya mba..

  10. dear mba moniq, saya alhamdulillah mau berangkat juga agustus ini ke VU Amsterdam, tapi berhubung waktu kemarin keterima LPDP baru nikah 1 minggu dan suami lagi S2, suami baru ikut febuari nanti. Nah sesuai ketentuan LPDP juga kan kalau mau suami ikut harus bulan ke 7. Pertanyaannya,
    1. apakah harus bikin revisi LoS lagi yang mencantumkan saya bawa suami? (LPDP minta surat dari univ, univ bilang, nanti itu mah. kamu aja yg penting kesini dulu.
    2. saya lagi ngurus visa (MVV) itu berarti tinggal dateng ke Rasuna Said nya yah? soalnya di web katanya gausa pake appointment.
    3. Boleh minta kontak biro jasa yang suka legalisir ga mba?
    makasih ya mba!

    1. Selamat mbak rizka
      Sebenarnya keluarga/suami dan anak bisa ikut kapan saja, tapi tunjangan untuk keluarganya baru akan diberi oleh LPDP ketika bulan ke-6
      1. Iya, revisi LoS dan LoG, yang mencantumkan ada tambahan family allowance sebesar 25%, ini utk proof of income juga saat mengajukan visa suami
      2. Iya tinggal dtg ke kedutaan Belanda. Nanti setelah sudah ada pemberitahuan (lewat email) dari Kedutaan kalo MVV sudah jadi, baru bisa diambil ke sana, tanpa buat janji, bawa semua persyaratan yang diminta, termasuk surat yang bilang bahwa MVV sudah bisa diambil
      3. utk no kontak saya share lewat email ya, hub saya di monikapury@gmail.com

  11. Mbak Monika, perkenalkan nama saya James, tinggal di Den Haag. Rencana mau bawa istri ke sini nih. Boleh nanya2 ga mbak via japri tentang proses pengurusan visa dari Jakarta (rencananya istri yang urus2 visanya)..

  12. Mbak Monika, perkenalkan nama saya James, tinggal di Den Haag. Saya ada rencana untuk bawa istri ke Den Haag nih. Boleh tanya2 tentang proses aplikasi visa dari Jakarta (rencananya istri yang urus2 visa nya)?

  13. Dear Mbak Monika
    Terima kasih atas artikelnya yang sangat berharga
    InshaAllah tahun ini saya akan mengejar impian saya untuk meraih gelar Master di Universitas Groningen
    Saya juga berencana akan membawa istri dan 2 anak
    Mohon infonya mbak, kira2 brp biaya hidupnya untuk 1 keluarga dengan 2 anak.
    Memungkinkankah untuk menempuh part time job selama kuliah disana?

    1. Halo Mas Rangga.. Di Groningen biaya hidup mgkn tergolong lebih murah dibandingkan kota lain di Belanda. Utk housing bisa berkisar 400-1000 euro. Yang 400euro mgkn utk student house/single/kos di tempat orang. Kalau untuk sewa rumah paling tidak dari 500euro sampai di atas 1000. Utk transportasi bisa dihemat dengan menggunakan sepeda, terjangkau kok ke mana2 dengan sepeda di Groningen. Utk biaya hidup sehari2, asal pandai2 mengatur 300-500euro mgkn sudah bagus. Kalau anaknya sudah usia sekolah (4 tahun ke atas) malah sekolahnya gratis. Part time job sepertinya saya jarang ketemu mahasiswa internasional yg parttime, krn mgkn hrs bisa berbahasa Belanda. Dan kalau mau kerja apakah dari visanya memungkinkan utk kerja (saya lupa apa visa student itu boleh kerja atau tidak ya).

      1. Mbak Monik terimakasih artikelnya. Ada yang ingin saya tanyakan lagi mengenai housing. Bagaimana mbak Monik bisa menemukan housing yang sesuai di Belanda sebelum keberangkatan?
        Terimakasih atas infonya

  14. Halo mba monik
    Puji syukur bisa baca blog ini, karena memang saya berencana untuk melanjutkan S2 di Groningen tapi masih maju mundur mengurus aplikasinya, walau sudah dapet ijin dari suami. Tapi ada syaratnya, suami harus diikutsertakan hehehe
    Makasih ya bermanfaat banget, jadi lebih mantap buat melanjutkan cita2 dan mimpi S2 yang tertunda 😀

    Oh ya mau tanya mba, apakah suami yang ikut di sana memungkinkan untuk bisa bekerja?

    1. Syukur mbak jika tulisan saya bisa membantu..
      Setahu saya jika suami/istri mengikut pada visa pasangannya (sebagai dependent), dia tidak diperbolehkan bekerja dengan visa tersebut.
      kecuali jika suami mbak mendapat kerja dan kemudian perusahannya mau mengurus perubahan visa suami menjadi visa kerja. Itu yang terjadi pada suami saya. Suami pertama dependent ke visa saya, lalu dia ternyata mendapat pekerjaan di sini (masih berhubungan dengan perusahan tempat dia bekerja waktu di Indonesia sebenarnya, jadi prosesnya agak lebih mudah)
      Semoga sukses mbak

      1. mbak mau tanya,bagaimana suami mbak mencari kerja di belanda? bagaimana jika saya ingin menemani istri yang kuliah di belanda namun tidak pernah bekerja di perusahaan international yang tidak memiliki koneksi luar negeri

      2. Cari kerja di Belanda tricky jg. kalau bukan perusahaan internasional, rata2 mensyaratakan kemampuan bahasa belanda

  15. Mbak Monik, Ini kalo udah legalisir akte kelahiran kutipan kedua, yang akte asli ga perlu di legalisir kan ya? Apa perlu 2-2 nya?

    1. Satu saja mbak yang dilegalisir, yg lebih baru, yang penting dokumennya sudah bilingual dan berusia tidak lebih dari 5 tahun

  16. Assalamu’alaykum Mba Monik,

    saya mengirimkan pertanyaan melalui email ke email Mba Monik krang lebih sama seperti pertanyaan mas James di atas. Mohon pencerahannya ya Mba 🙂 Terima kasih telah menuliskan ini ke blog. Sangat membantu Mba 🙂

  17. hai mba Monik, mo nanya adakah dasar yang menyatakan bahwa dokumen yg dilegalisir harus 5 tahun terakhir? sy browse di IND belum nemu, jadi penasaran banget, sy email ke embassy surabaya dan jakarta mereka copas prosedur legalisir (humham, deplu, embassy) tanpa menyatakan jelas dokumennya harus 5 tahun. btw dinas capil sidoarjo menunjukkan aturan bahwa akta berlaku seumur hidup dan tdk berkenan mengeluarkan salinan akta..

    1. Saya lupa sbnrnya dari mana peraturan tertulisnya. Rasanya saya pernah baca di web IND, etah jika sudah diperbaharui. Selain itu saya ingatnya infonya dari biro yg membantu urusan legalisirnya mbak.. Mereka memang minta dokumen yg baru, tidak berumur lebih dari 5 th. Mgkn bisa dicek ke teman2 yg sudah melegalisir dokumen, apakah persyaratan tsb masih berlaku

      1. Iya mba maureen cb di brows aturan legalisasi di kemenhum sm deplu sepertinya ada. Semoga lancar ya mba urusan birokrasinya 😊😊

    2. Halo mba maureen, saya bantu mba monik menjawab ya, siapa tau dapat memberi pencerahan ke mba maureen. Saya baru mengurus berkas2 seperti akta nikah dan lain2 sekitar 6 bulan yg lalu jd masih ingat. Jd begini mungkin bukan IND yg menyatakan bahwa dokumen yg di legalisasi hrus berumur max 5 thun, tp sepertinya itu birokrasi dr kementrian humham, dan deplu mba. Selain itu juga embassy Netherlands hanya melegalisasi dokumen asli kita yang baru yang ada terjemahan bahasa inggrisnya dan sebelumnya sudah di legalisasi di kementian humham dan deplu. Kemarin saya jg mendapat kendala dalam meminta kutipan ke 2 akta lahir suami saya karena dia lahir di kota kecil. Tp saya blg kl dia mau melanjutkan studi di luar dan harus memperbaharui aktenya, alhamdullilah kantor capil mau mengeluarkan, karena memang begitu prosedurnya. Jd mau g mau kantor capil hrus mengeluarkan kutipan ke 2 akte kita.

      1. terima kasih penjelasannya, mbak Sha.. kasus sy meski sudah dibilang mau ke LN tapi tetap ngga dikasi kalau tidak ada aturan tertulis yg menyatakan hal tersebut.. cuman kemarin sy browse aturan IND aja sih belum birokrasi humham/deplu..

  18. Hai mba Monika, mau tanya, untuk uang jaminan suami & anak apa harus menggunakan bank tertentu atau bisa bank apa saja? Dan apakah di blokir? Apakah di cross cek ke bank yg bersangkutan untuk monitor saldonya, apakah bisa digunakan setelah pengurusan visa?

  19. Asslamualaikum,

    Dear mba monika,
    terimakasih atas blog nya sangat bikin semangat apalagi kata2 ““Manusia berusaha, Allah memberikan jalan” bikin aku jadi tambah semangat yang kebetulan sudah hopeless karena kikuk masalah MVV ini.

    oia mba monika mau tanya,
    berapa lama prosesnya kira2 mvv keluarga mba monik dari apply sampai pengumuman approval nya?

    terimakasih sebelum nya 🙂

    1. smg bermanfaat dan bs membantu ya mbak, disesuaikan saja sama kondisi skrg, itu saya 2 th yg lalu.
      Dulu saya nunggu 3 minggu an mbak

  20. Assalamu alaikum mba moniq,

    Terima kasih mba sudah menulis pengalaman nya, sangat membantu sekali 🙂 kebetulan saya dan anak saya juga berencana menyusul suami yg s2 di wageningen dalam waktu dekat.. mau bertanya boleh ya mba 🙂 hehhe :

    1) Dokumen keluarga yang dibutuhkan (saya dan anak) apakah seperti point 1 (passpor) dan point 3 (legalisir akta kelahiran) saja?

    2) Apakah proses visa keluarga di kedubes masih membutuhkan KTP atau cukup passpor saja ya mba? Kebetulan KTP saya sedang hilang nih huhu..

    Terima kasih ya mba moniq,
    Barakallah 🙂

    1. Wa’alaikumsalaam
      1. Sejauh ini setau saya paspor dan akta yg utama, lainnya dokumen2 yang saya sebutkan di atas
      2. Gak usah KTP sih mbak, dulu gak pake saya.. tapi jaga2 sih bawa aja

      smg sukses Barakallah

  21. hai uni monik, aq udah add d fb juga. tapi mo tanya niy, kebeneran insya allah qta mo boyongan balik ke rotterdam tahun depan. rencana nya berangkat sekaligus karena baby ku masih asi. itu untuk legalisir dokumen di kemenkumham dll validnya berapa lama ya? kapan sebaiknya kita urus dokumen tersebut? mengingat rencana keberangkatan adalah april 2019. satu lagi, ini saya sponsor s3 nya juga lpdp, nah aturan baru lpdp kan family allowance baru ada di bulan ke 13 yaa. trs pas urus family visa, saya harus ambil opsi yg mana niy ? pilihan “Application for a residence permit with the purpose of residence being ‘family members and relatives’ (sponsor)” atau pilihan “Application for family members of your employee via recognised sponsor” ? dulu sih s2 saya jg di rotterdam tapi udah 8 tahun yg lalu plus waktu itu masih single n smua diurusin sama stuned jadi bener2 lost dehhh inih…

    satu lagi terkait housing, ini lg gencar cari via beberapa agen macem benhousing, pararius, domica, mvgm dll.. tapi kok ga nemu single family house kayak yg kalian tempatin itu yaaa?? smuanya kok ga ada yg kosong 😦 triknya gimana sih dapetin nya? oiyaa, dulu booking fam house nya setelah nyampe sana ato pas msh di indonesia? boleh tau precisely berapa sewa per bulan nya, n berapa servicekosten nya?

    maaph pertanyaannya juga boyongan rame rame haha.. tengkyuuuwww monik!

    1. halo mbak, maaf slowrespon kalau komen di blog.
      saya coba jawab sebisa saya ya, mgkn sudah banyak yg berubah dari th 2014 lalu
      – waduh validnya ga paham mbak brp lama, soalnya dulu kami langsung pakai.. mgkn biasanya 6 bulan sblm ya
      – waktu apply family bisa saya ga inget lagi pilihan2nya, tp dulu jg memang family allowance br dikasih 6 bln stlhnya, jadi ya seinget saya kami “mensponspori sendiri” ga pakai embel2 sponsor dr beasiswa
      – housing beda2 sih mbak tiap kota. Harga dan ketersediannya juga. Kalau dulu kami take over rumah student PhD yang mau pulang ke Indo, jadi ya kontak2nya sama beliau, sblm kami sampai di Groningen, kami sudah fix di sana.
      Smg membantu

    2. Halo Mbak, mohon maaaaf sangat saya belum reply pertanyaannya. Krn satu dan lain hal, ke-skip dan tak terbalas.
      Semoga masih bisa membantu.
      1. untuk legalisir dokumen di kemenkumham dll validnya berapa lama ya? kapan sebaiknya kita urus dokumen tersebut?
      – Saya agak lupa, mungkin 6 bulan-an ya Mbak. Urusnya sekitar 3-4 bulan sblm keberangkatan sudah ok.

      2. Ini saya sponsor s3 nya juga lpdp, nah aturan baru lpdp kan family allowance baru ada di bulan ke 13 yaa. trs pas urus family visa, saya harus ambil opsi yg mana niy ? pilihan “Application for a residence permit with the purpose of residence being ‘family members and relatives’ (sponsor)” atau pilihan “Application for family members of your employee via recognised sponsor” ? dulu sih s2 saya jg di rotterdam tapi udah 8 tahun yg lalu plus waktu itu masih single n smua diurusin sama stuned jadi bener2 lost dehhh inih…
      – Waduh saya kurang hapal mbak, takut salah jawab. Sepertinya saya dulu ambil yg pertama (kita sbg sponsornya)

      3. satu lagi terkait housing, ini lg gencar cari via beberapa agen macem benhousing, pararius, domica, mvgm dll.. tapi kok ga nemu single family house kayak yg kalian tempatin itu yaaa?? smuanya kok ga ada yg kosong 😦 triknya gimana sih dapetin nya? oiyaa, dulu booking fam house nya setelah nyampe sana ato pas msh di indonesia? boleh tau precisely berapa sewa per bulan nya, n berapa servicekosten nya?
      – Utk housing kel sy krg paham, apalagi beda kota mbak, biasanya beda situasi. Setahu saya utk housing bisa seperti ini:
      1. Org take over rmh yg udh dihuni org indo student sblmnya. Dia pulang, trus kita ngambil alih rmhnya. tapi tergantung timingnya, pas apa gak tuh.
      2. Dr makelar, ky mvgm, lefier dll.. rumah nyarinya bs liat di web funda.nl, ada lokasi dan range harga dll. Tp pke bhs belanda
      3. Tanya2 lewat ppi setempat. Kalau PPI di Groningen sih cukup membantu (menurut saya), gatau kalo di Rotterdam
      Harga sewa pun saya gak tahu ya mbak, krn beda kota pasti beda juga.

      Smoga menjawab, smg lancar persiapannya ya mbak

  22. Selamat siang mbak Monika, Maaf mengganggu,
    maaf mau tanya, siapa tahu mbak punya pengalaman.

    Saya Jonathan, dan istri saya sedang study S2 di Wageningen belanda.
    baru masuk, septermber ini 2018.

    mau tanya.
    1. Bagaimana Mengajukan Visa Keluarga, untuk izin tinggal lama,
    long stay, mendampingi istri 2 Tahun ?

    2. Prosedur dan Dokumen nya apa saja yang harus di siapkan ? barangkali mbak monika
    punya pengalaman yang sama.

    3. Brapa lama jadinya Visa nya ?

    Mohon bantuan Info nya, dan solusinya

    Terima Kasih ya mbak
    Mohon maaf mengganggu

Leave a comment